"Masyarakat sudah rindu ingin liburan. Jadilah traveller yang bertanggung jawab. Provider (pelaku industri pariwisata) sudah siapkan protokol kesehatannya, dan kita sebagai tamu juga harus sama-sama bertanggung jawab menerapkannya (protokol kesehatan)," kata Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf Nia Niscaya baru-baru ini, dikutip pada Selasa.
Lebih lanjut, Nia mengatakan bahwa saat ini fokus pemerintah adalah bagaimana kembali menggeliatkan sektor pariwisata. Namun, memang hal ini tidak bisa dilakukan sendiri. Memerlukan kerja sama antara pemerintah, pelaku pariwisata dan masyarakat.
"Kita tidak pernah tahu kapan pandemi berakhir. Sekarang bukan soal does and donts, tapi how. How-nya ini salah satunya dengan penerapan prokes. Ini satu langkah menghadapi adaptasi baru," kata Nia.
"Tantangannya adalah penegakan prokes. Ini tidak bisa main-main. Regulasi sudah ada, tapi challenge-nya adalah penegakannya. Dibutuhkan kesadaran semua pihak. Penyedia sudah memberikan prokes, tapi tamu harus tahu diri juga. Kita sama-sama. Karena masker bukan cuma lindungi diri sendiri, tapi juga ke semua," imbuhnya.
Nia kemudian memaparkan bahwa pihaknya mendukung masyarakat untuk memajukan pariwisata lokal demi menggerakkan ekonomi di daerahnya.
Menurut dia, ini sejalan dengan tren melancong di kala pandemi, di mana masyarakat lebih memilih untuk berwisata di tempat-tempat yang dekat dengannya, mengingat adanya sejumlah adaptasi dan pembatasan.
"Saat pandemi itu orang-orang lebih cenderung untuk travelling within the city, di sekitar-sekitar situ saja (tempat tinggal), seperti staycation atau road trip. Ini trennya sekarang," kata Nia.
"Tidak perlu muluk-muluk mau jalan-jalan ke tempat yang jauh, kita coba reaktivasi dulu (pariwisata lokal). Paling tidak, ini menunjukkan pergerakan sudah dimulai dari titik terdekat. Explore your city," ujarnya melanjutkan.
Selain kembali menggeliatkan pariwisata, namun hal ini Nia nilai juga berdampak positif bagi para pelaku UMKM di kawasan wisata tersebut.
"Dan soal UMKM, ini juga bagus. Ini memenangkan dua sisi pariwisata dan ekonomi kreatif," ujar Nia.
"Dan untuk visitor juga bisa merasakan local experience, seperti di Aceh ini. Banyak yang belum tereksplor, dan seeing is believing. Visitor juga perlu respect dengan local culture, dan hargai budayanya."
Indonesia memiliki banyak keberagaman budaya yang menjadikannya sebagai sebuah kekuatan.
Baca juga: Aceh Travel Mart 2.0 digelar demi dukung parekraf lokal
Baca juga: Menparekraf sebut 5 langkah agar UMKM berkembang di sektor pariwisata
Baca juga: Aceh Travel Mart 2.0 digelar demi dukung parekraf lokal
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021