Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menggelar audiensi secara daring dengan 100 diaspora atau warga negara Indonesia dari beragam profesi yang tinggal di Amerika Serikat, melalui program KSP Mendengar, di Jakarta, Selasa.Contohnya adalah pencapaian program reforma agraria
Membuka pertemuan daring dari Situation Room Gedung Bina Graha Jakarta itu, Moeldoko menyampaikan program KSP Mendengar bertujuan menjaring isu-isu di masyarakat dan permasalahan atau pengaduan yang belum terselesaikan, serta membuka ruang komunikasi seluas-luasnya untuk masyarakat.
Moeldoko juga tidak lupa menyampaikan bagaimana peran sentral KSP dalam Pemerintahan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin, terutama dalam mengelola isu-isu strategis dan mengawal program prioritas nasional.
"Contohnya adalah pencapaian program reforma agraria," ujar Moeldoko dalam siaran persnya.
Moeldoko menyampaikan reforma agraria menekankan tiga poin yakni redistribusi tanah, perhutanan sosial dan akselerasi sertifikasi.
Sebelum pemerintahan Jokowi, target sertifikasi tanah mencapai 500.000 bidang per tahun. Kemudian target tersebut dinaikkan hingga saat ini menjadi 9 juta bidang per tahun untuk mengejar 140 juta bidang yang harus disertifikasi.
Moeldoko yang didampingi para staf khusus KSP, Deputi IV KSP Juri Ardiantoro dan beberapa tenaga ahli KSP juga menjawab berbagai pertanyaan dan pengaduan dari para diaspora peserta audiensi.
Salah satunya pertanyaan dari Midiyanto, seorang pegiat seni asal Wonogiri yang tinggal di Berkeley.
Baca juga: Diaspora Indonesia aset bangsa
Baca juga: Kisah diaspora Indonesia yang jadi pengasuh anak di London
Midiyanto yang mewakili seniman tradisi di desa pelosok memaparkan bagaimana sulitnya untuk mencari nafkah di tengah pandemik COVID-19. Bahkan, katanya, para pekerja seni tradisi ingin Pemerintah memberikan ruang untuk pentas secara virtual.
Menanggapi pernyataan Midiyanto, Moeldoko menegaskan, persoalan pekerja seni sudah beberapa kali dibahas dalam Sidang Kabinet yang dipimpin Presiden Jokowi.
Dia pun menyadari, adanya bantuan sosial bagi pekerja seni belum sepenuhnya merata.
“Untuk itu, kami akan segera ambil tindakan. Nanti kami sampaikan ke Kementerian/Lembaga terkait agar para pekerja seni bisa menggelar pentas secara virtual,” tutur Moeldoko.
Tidak hanya itu, peserta lainnya yakni Mayasari Efendi yang berdomisili di Indiana mempertanyakan respon KSP terkait kasus yang dialami tim bulu tangkis pada ajang All England.
Menyikapi hal ini, Moeldoko yang pernah diusung jadi Ketua Umum Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) mengaku menyayangkan dan ikut prihatin terhadap nasib tim bulu tangkis Indonesia.
Menurut Moeldoko, hal ini sangat berkaitan dengan kebanggaan sebuah negara. Apalagi, Indonesia sudah beberapa kali merajai ajang All England.
“Hal-hal seperti ini akan dievaluasi Pemerintah. Jangan sampai terjadi lagi,” kata Moeldoko.
Selain itu sebagian besar diaspora di Amerika Serikat juga menyampaikan kerinduannya untuk bisa pulang ke Indonesia. Seperti disampaikan Daniel yang sudah tinggal di Amerika Serikat sejak 1974.
Daniel menyampaikan, sebelum pandemik dirinya bisa dua kali pulang ke Indonesia. Dia pun mempertanyakan, apakah para WNI di Amerika Serikat sudah bisa pulang ke Indonesia tanpa harus karantina, mengingat beberapa WNI sudah mendapat vaksinasi di Amerika Serikat.
Baca juga: Dubes RI dorong diaspora dukung promosi Indonesia di Inggris, Irlandia
Baca juga: Diaspora Indonesia akan dirikan pabrik tempe di Amerika Serikat
Menjawab hal itu, Tenaga Ahli Utama Kedeputian II Abraham Wirotomo menegaskan, aturan saat ini bagi diaspora yang akan pulang ke Indonesia harus melalui karantina minimal lima hari.
"Adapun untuk yang sudah divaksin masih dalam pembahasan. Yang jelas, kami berharap pandemik semakin terkendali sehingga secara bertahap bisa membuka kepulangan WNI di luar negeri,” tutur Abraham.
Sementara Monica yang mewakili Amerika Bersatu dan penggagas audiensi diaspora di AS dengan KSP menegaskan, pihaknya rutin menggelar dialog bersama para diaspora dengan mengangkat tema kebangsaan.
Melalui cara ini, Monica meyakinkan bahwa para diaspora di Amerika Serikat tetap mengikuti perkembangan di Indonesia dan ingin berkontribusi dalam kemajuan Indonesia.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2021