Jumlah itu mencapai hingga 100 juta dosis vaksin sampai akhir 2021, katanya.
COVAX merupakan program yang didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan GAVI untuk menyediakan vaksin bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan miskin. Sejauh ini, 31 juta dosis telah dikirim ke 57 negara, kendati angka tersebut tertinggal di belakang negara-negara yang lebih kaya sehingga mengungkap kesenjangan yang digambarkan Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus "tidak masuk akal".
GAVI menyebutkan bahwa stok vaksin nantinya akan digunakan di daerah-daerah, tempat terjadi "kesenjangan jangkauan yang tak terelakkan", seperti zona konflik dan daerah-daerah yang dikuasai kelompok bersenjata yang tidak dapat diakses oleh pemerintah,
"Saat kami memulai peluncuran jutaan dosis vaksin COVID-19 ke negara-negara COVAX, penting pula untuk melindungi kelompok berisiko tinggi yang terjebak dalam krisis," kata CEO GAVI, Seth Berkley.
Cadangan dosis itu juga bisa digunakan sebagai bagian dari "pengiriman darurat" untuk mengatasi wabah parah COVID, ketika jadwal alokasi vaksin reguler tidak terpenuhi, katanya.
Akan tetapi, dosis-dosis tersebut hanya akan tersedia begitu seluruh partisipan COVAX telah menerima dosis pertama vaksin mereka.
Sumber: Reuters
Baca juga: Menlu RI: COVAX telah distribusikan vaksin untuk 46 negara
Baca juga: Biden janjikan Rp56,3 triliun untuk COVAX
Baca juga: WHO: Distribusi sepihak negara penghasil vaksin kacaukan COVAX
Menlu Retno terpilih menjadi Ketua Kerja Sama vaksin COVID-19 COVAX
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021