Sesuai regulasi yang berlaku di Prancis, mereka harus menjalani isolasi mandiri selama 10 hari. PBSI sudah berkoordinasi dengan KBRI di Prancis untuk membantu penanganan Febriana/Amalia selama menjalani isolasi di hotel.
"Pertama kami menyayangkan ini terjadi pada pemain kami. Lewat manajer tim Harry Hartono yang berada di sana, kami sudah meminta tes ulang untuk memastikan hasil tersebut," kata Kepala Bidang Humas dan Media PP PBSI Broto Happy dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Menpora tak mau kasus All England terulang dalam turnamen lain
Namun sayangnya peraturan pada tempat pertandingan di Prancis ternyata berbeda, yaitu tidak dibolehkan pengulangan uji usap PCR. Oleh karenanya setelah menerima hasil pengujian dari laboratorium setempat, PBSI segera meminta Febriana/Amalia untuk menjalani isolasi.
Selama ini Pelatnas Cipayung sudah menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Selain itu, sebelum berangkat, para pemain sudah mendapatkan vaksinasi dan selalu melakukan uji usap PCR berkala.
"Di Pelatnas PBSI sendiri sudah menerapkan protokol kesehatan ketat untuk menangkal penyebaran COVID-19. Kami juga melakukan uji PCR secara berkala untuk seluruh penghuni pelatnas," kata dr. Octaviani, selaku tim dokter di pelatnas.
"Sebelum keberangkatan ke Orleans pun, Ana dan seluruh tim sudah menjalani tes yang hasilnya negatif," katanya menambahkan.
Mundurnya Febriana/Amalia karena COVID-19 tidak serta merta mempengaruhi wakil Indonesia yang lain. Delapan wakil tim Merah Putih lain tetap melanjutkan berlaga di turnamen level Super 100 ini.
Baca juga: Timnas belum puas dengan permintaan maaf BWF dari insiden All England
Baca juga: BWF minta maaf kepada Indonesia atas kasus All England 2021
Baca juga: Dubes Desra: BWF tidak kompeten dalam laksanakan All England
Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2021