"Benur kekayaan bangsa ini. Kalau ada yang mau ekspor benur untuk memperkaya orang luar negeri, saya lawan. Tapi kalau untuk budi daya di sini, saya dukung sampai mati," tegas Trenggono didampingi Gubernur NTB, H Zulkieflimansyah saat kunjungan kerja di Pelabuhan Perikanan Teluk Awang, Lombok Tengah dan dilanjutkan meninjau budidaya Lobster di Telong Elong Lombok Timur, Rabu.
Trenggono meminta petani penangkap benur di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk tidak menjual atau mengekspor hasil tangkapannya dalam bentuk bibit, namun dibudidayakan terlebih dahulu menjadi lobster sehingga memberikan nilai tambah ekonomi yang jauh lebih besar.
"Saya minta para petani bersabar dan tidak mengekspor hasil tangkapannya dalam benur atau bibit. Tetapi dibudidayakan terlebih dahulu menjadi lobster sehingga memberikan nilai tambah ekonomi yang jauh lebih besar," ujarnya.
Ia mencontohkan keberhasilan H Rozak seorang petani pembudidaya lobster asal Telong Elong, Kabupaten Lombok Timur (Lotim). Bahwa dengan modal Rp120 juta, dalam waktu budidaya selama 6 bulan, berhasil meraup hasil panen lobster dengan nilai jual lebih dari Rp400 juta.
"Jadi keuntungan budidaya, dengan teknologi yang sederhana sangatlah menggiurkan," ucapnya.
Trenggono menginginkan Lombok, NTB, menjadi pusat budi daya lobster sehingga ke depan tidak hanya menjadi contoh secara nasional tetapi bisa juga menjadi rujukan negara lain.
"Saya ingin menjadikan Lombok sebagai pusat budi daya lobster. Bahkan sampai kelas dunia. Semangatnya harus begitu," kata Trenggono saat melakukan dialog dengan petani penangkap benur dan pembudi daya lobster di berbagai sentra budi daya lobster, termasuk meninjau langsung keramba jaring apung milik masyarakat di dua kabupaten penghasil lobster terbesar di NTB.
Oleh karena itu, untuk mendukung produktivitas budi daya lobster dalam negeri, Trenggono berjanji bahwa proses birokrasi perizinan budi daya akan dipermudah. Bahkan tak hanya itu,
Kementerian Kelautan dan Perikanan, juga akan memberikan bantuan sarana dan prasarana, pendampingan bagi para pembudi daya, hingga menyiapkan pasar.
Sebelumnya, KKP menyatakan perang terhadap penyelundupan benih lobster dalam rangka menjaga aspek keberlanjutan sumber daya kelautan dan perikanan nasional.
"Kami telah menerima arahan. Intinya kami akan tindak tegas penyelundup benih bening lobster ini. Tanpa kompromi," kata Plt Dirjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) KKP Antam Novambar.
Antam menyatakan, pernyataan perang terhadap penyelundupan benih lobster juga dalam bentuk menindaklanjuti pertemuan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dengan Kepala Staf TNI Angkatan Laut terkait keprihatinan atas masih ditemukannya penyelundupan benih bening lobster.
Dalam serangkaian kunjungan ke Lombok, NTB, Menteri Trenggono disambut Gubernur NTB, Zulkieflimansyah didampingi Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTB, Yusron Hadi dan Kepala Dinas Kominfotik NTB, Gde Aryadi.
Menteri Trenggono meninjau Pelabuhan Perikanan Teluk Awang, meninjau budidaya keramba lobster dan bersilaturami dengan para petani nelayan di kawasan tersebut. Dari Teluk Awang, Menteri menuju Telong Elong Lombok Timur, dimana kawasan tersebut merupakan salah satu pusat budidaya lobster terbesar di Lombok Timur.
Selanjutnya dari Lotim, Menteri bergerak menuju Sekotong Kabupaten Lombok Barat mengunjungi Balai Perikanan Budidaya Laut Lombok, dilanjutkan meninjau pusat pembibitan manggrove di Desa Cendi Manik Sekotong Tengah. Ditempat itu Menteri Trenggono dan Gubernur NTB sempat melakukan penanaman bibit manggrove.
Dari Sekotong Menteri dan rombongan kemudian bergeser menuju Rembiga, Kota Mataram, mengunjungi Balai Karantina Ikan Pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan. Ditempat ini sempat melihat secara langsung produk unggulan perikanan NTB. Di antaranya ikan tuna wall, lobster hidup, kelompok ikan karang, dan hasil budidaya mutiara Lombok yang bisa di ekspor langsung.
Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021