Kami melihat likuiditas tidak masalah. NPL (rasio kredit bermasalah) juga masih terkendali, dan kita bisa tumbuh lebih baik di 2021
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan sedang mencermati rendahnya penyaluran kredit di Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) dan bank asing hingga Februari 2021.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam temu Stakeholder untuk Pemulihan Ekonomi Nasional yang dipantau dari Jakarta, Kamis, mengatakan balance kredit (saldo kredit) untuk BUSN hingga Februari 2021 minus 5 persen, sedangkan bank asing mencapai minus 25 persen.
“Pertumbuhan kredit yang sudah positif di BUMN sekitar satu persen dan BPD 5,6 persen. Justru bank swasta nasional dan bank asing yang balance kreditnya masing-masing minus 5 persen dan minus 25 persen. Jadi kami menaruh perhatian betul untuk yang swasta ini, kenapa demikian? Akan kami lihat secara detail, debitur per debitur, kenapa?, dan ini tugas OJK supaya ada jawabnya,” ujar Wimboh.
Baca juga: Sri Mulyani: Kami sekarang fokus bagaimana mengalirkan kredit
Meskipun demikian pertumbuhan kredit sudah terlihat positif di kelompok Bank BUMN dan Bank Pembangunan Daerah (BPD).
Bank BUMN dan Bank Pembangunan Daerah (BPD) melanjutkan tren pertumbuhan masing-masing sebesar 1,5 persen (yoy) dan 5,75 persen (yoy), dari posisi Januari 2021 masing-masing sebesar 1,45 persen (yoy) dan 5,68 persen (yoy).
Secara umum, OJK melihat permintaan kredit terutama dari debitur korporasi belum sepenuhnya pulih.
“Kredit (perbankan nasional), pertumbuhannya masih minus dua persen di Februari karena debitur besar balance kredit-nya turun, karena modal kerjanya tidak memerlukan sebesar sebelum COVID-19,” ujar dia.
Baca juga: Gubernur BI: Penurunan suku bunga kredit bank perlu terus didorong
Namun, Wimboh meyakini pelemahan itu akan segera pulih karena terus membaiknya kondisi pandemi COVID-19 di Tanah Air yang di antaranya disebabkan meluasnya program vaksinasi COVID-19.
Dia masih optimistis pertumbuhan kredit perbankan masih sesuai dengan Rencana Bisnis Bank (RBB) tahun ini sebesar 7,5 persen. Pertumbuhan kredit sebesar di titik tengah 7,5 persen diyakini mampu mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai target pemerintah di kisaran 5 persen.
“Kami melihat likuiditas tidak masalah. NPL (rasio kredit bermasalah) juga masih terkendali, dan kita bisa tumbuh lebih baik di 2021,” ujarnya.
Baca juga: LPS: Likuiditas perbankan cukup tapi pertumbuhan kredit perlu didorong
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021