"Kalau kita ingin membangun ekosistem riset dan inovasi, sektor swasta yang harus terlibat banyak," kata Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala BRIN Bambang PS Brodjonegoro dalam seminar virtual (webinar) Ketahanan dan Kemandirian Kesehatan Indonesia, Jakarta, Kamis.
Menristek Bambang berharap para perusahaan memiliki semangat yang besar untuk berinvestasi dari titik awal dari riset dan pengembangan.
Kepala BRIN menuturkan banyak perusahaan swasta tertarik dan terlibat dalam pengembangan vaksin COVID-19 karena juga melihat prospek bisnisnya. Mereka mendanai riset dan pengembangan vaksin tersebut.
"Merekalah (perusahaan) yang melakukan riset, dari mana dananya? Dari mereka sendiri. Kenapa mereka mau keluarkan dana untuk pengembangan risetnya karena mereka tahu profit yang akan diciptakan. Jadi saya ingin kembalikan semangat kita untuk melakukan riset dan inovasi di Indonesia ini 'in line' (sejalan) dengan yang namanya proses bisnis yang normal dalam bidang farmasi dalam bidang alat kesehatan," ujarnya.
Pemerintah Indonesia juga mendukung partisipasi swasta yang lebih besar di dunia riset. Salah satu bentuk dukungan tersebut adalah kebijakan tentang super tax deduction.
Jika hanya mengandalkan dana dari pemerintah, maka ada keterbatasan. Untuk itu, perlu peran swasta yang lebih dominan untuk menumbuhkembangkan ekosistem riset dan inovasi dan menghasilkan produk inovasi unggulan yang menjawab kebutuhan pasar dan masyarakat.
"Kita harapkan 'trigger'-nya (pemicu) datang dari sektor swasta, itu yang menurut saya akan membuat iklim riset dan inovasi akan lebih bergairah," tutur Menristek Bambang.
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021