Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida melalui keterangan resminya di Yogyakarta, Sabtu, menyebutkan selama periode pengamatan pertama, awan panas guguran terjadi pada pukul 02.11, 04.28, 04.30, dan 04.41 WIB dengan jarak luncur maksimum 1.800 meter.
"Awan panas guguran tercatat di seismograf dengan amplitudo maksimum 34 mm dan durasi maksimum 167 detik," kata dia.
Selama periode itu, teramati pula dua kali guguran lava dengan jarak luncur maksimal 800 meter ke arah barat daya.
Selanjutnya, awan panas guguran kembali terpantau pada pukul 06.02, 06.03, dan 06.31 WIB dengan jarak luncur maksimum 1.300 meter ke arah barat daya, amplitudo maksimum 44 meter, serta durasi 130 detik.
Baca juga: Gunung Merapi meluncurkan guguran lava ke arah tenggara
Pada saat terjadi awan panas guguran ini, angin bertiup ke arah barat laut.
Selama periode pengamatan pukul 00.00 sampai dengan 06.00 WIB, Gunung Merapi juga tercatat mengalami empat kali gempa awan panas guguran dengan amplitudo 23-34 mm selama 107-167 detik, 36 kali gempa guguran dengan amplitudo 3-20 mm selama 11-167 detik, lima kali gempa fase banyak dengan amplitudo 3-22 mm selama 5-16 detik.
Selanjutnya, satu kali gempa vulkanik dangkal dengan amplitudo 70 mm selama 18 detik dan satu kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 3 mm selama 96 detik.
Hingga saat ini BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga.
Guguran lava dan awan panas Gunung Merapi diperkirakan berdampak pada wilayah dalam sektor selatan-barat daya yang meliputi Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.
Apabila gunung api itu meletus, lontaran material vulkaniknya dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak gunung.
Baca juga: Gunung Merapi lima kali meluncurkan guguran lava pijar
Baca juga: Gunung Merapi meluncurkan guguran lava pijar sejauh 1 km
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021