• Beranda
  • Berita
  • Indef : dana PEN belum terlalu efektif dorong pertumbuhan ekonomi

Indef : dana PEN belum terlalu efektif dorong pertumbuhan ekonomi

29 Maret 2021 16:10 WIB
Indef : dana PEN belum terlalu efektif dorong pertumbuhan ekonomi
Ilustrasi - Sejumlah pekerja menyelesaikan pembangunan proyek kereta ringan (LRT) di kawasan Rasuna Said, Kuningan, jakarta, Selasa (23/2/2021). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww.

Proses pemulihan ekonomi semakin lambat, daya ungkitnya saya pikir harusnya kalau untuk recovery harusnya sudah loncat

Institute for Development of Econimc and Finance  (indef) menyebut dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang digelontorkan pemerintah belum terlalu efektif untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi pada kuartal dua 2021.

“Kalau di 2021 kuartal kedua saya kira memang akan positif, tapi tidak akan langsung loncat di atas 2 atau 3 persen. Saya belum mengatakan angka, tetapi range-nya antara 0 sampai 2 persen,” ujar Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.

Tauhid menyatakan proses pemulihan ekonomi berjalan lambat dari kuartal ke kuartal padahal seharusnya tahun 2021 menjadi momentum untuk pemulihan ekonomi.

“Proses pemulihan ekonomi semakin lambat, daya ungkitnya saya pikir harusnya kalau untuk recovery harusnya sudah loncat,” jelasnya.

Lambatnya pemulihan ekonomi, lanjut Tauhid, tercermin dari situasi pada tiga bulan pertama 2021, di mana pemanfaatan dana PEN belum mampu meningkatkan belanja masyarakat.


Baca juga: Kemenkeu: Penyaluran kredit dari penempatan dana PEN Rp254,37 triliun
 

Ia mengatakan efektifitas dan PEN bisa dilihat melalui tiga pendekatan, yakni dari sisi kesehatan, kedua bantuan sosial dan insentif untuk mendorong konsumsi masyarakat, dan pendekatan ketiga dilihat dari sisi dunia usaha.

Tauhid berpendapat bahwa penggunaan dana PEN untuk sisi kesehatan sudah efektif yang dibuktikan dengan penurunan kasus aktif pada dua bulan terakhir. Namun, PEN dinilainya belum berpengaruh siginifkan untuk mendorong konsumsi masyarakat dan dunia usaha.

“Konsumsi masyarakat saya kira masih relatif belum berpengaruh karena kita lihat inflasi Februari masih rendah 1,38 persen. Normalnya kan 2,5 sampai 3 persen, jadi berpengaruh ke konsumsi,” jelasnya.

Dunia usaha, lanjut dia, juga belum terasa pengaruhnya karena permintaan kredit masih terkontraksi 2,15 dan justru dana pihak ketiga yang berkembang menjadi 10,11 persen (yoy).

“UMKM itu belum pulih, UMKM sudah diberi modal seharusnya mereka meminjam kredit. Meskipun dengan skema bunga 0 persen dan sebagainya, (pertumbuhan kredit) ini belum terjadi,” kata dia.


Baca juga: Satgas jelaskan alokasi dana PEN untuk "sovereign wealth fund"
 

Adapun hingga Februari 2021 realisasi dana PEN mencapai 10,9 persen atau Rp76,59 persen dari total anggaran Rp699,43 triliun. Sedangkan untuk mendorong pemulihan ekonomi pemerintah melakukan ekspansi belanja perlindungan secara tunai melalui bantuan sosial hingga insentif kartu pra-kerja, belanja modal pemerintah, dan pengeluaran konsumsi pemerintah dengan memberikan dukungan kepada UMKM hingga iuran JKN.

Melalui program vaksinasi, PPKM mikro dan sejumlah insentif yang diberikan, pemerintah pun memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal dua 2021 akan mulai positif. Bahkan Kementerian Keuangan memperkirakan ekonomi pada kuartal dua 2021 bisa tumbuh hingga 7 persen.

"Jadi Q2 2021 ada perbaikan signifikan, kalau hitung-hitungan kita bisa di atas 7 persen (yoy)," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Febrio Kacaribu dalam jumpa pers virtual APBN di Jakarta, Selasa (23/3).


Baca juga: Sri Mulyani proyeksikan ekonomi RI kuartal I terkontraksi 0,1 persen

Baca juga: Bappenas prediksikan ekonomi 2021 tumbuh 4,8 persen

Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021