• Beranda
  • Berita
  • Penanganan COVID-19 dilakukan secara strategis, terstruktur dan masif

Penanganan COVID-19 dilakukan secara strategis, terstruktur dan masif

29 Maret 2021 17:06 WIB
Penanganan COVID-19 dilakukan secara strategis, terstruktur dan masif
Tangkapan layar - Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) penanganan COVID-19, Prof. drh. Wiku Adisasmito, M.Sc, Ph.D. ANTARA/Tangkapan layar Youtube BNPB_Indonesia/pri

Target utamanya adalah menjaga kesehatan orang yang sehat, menyembuhkan yang kurang sehat, dan mengobati yang sakit.

Sekretaris Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Indonesia (UI), Prof. drh. Wiku Adisasmito, M.Sc, Ph.D. menyatakan penanganan COVID-19 di Indonesia dilakukan dengan menggunakan pendekatan Strategi, Struktur, Sistem, Skill, Speed (5S) dan Target (1T).

Target utamanya adalah menjaga kesehatan orang yang sehat, menyembuhkan yang kurang sehat, dan mengobati yang sakit.

"Pendekatan ini kita lakukan secara terstruktur, tersistem, dan masif di daerah-daerah target sasaran kita, mulai dari pusat sampai daerah, dan ternyata ini cukup efektif," kata Wiku yang juga merupakan Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 dalam keterangannya, Senin.

Hal ini terbukti dari paparan data kasus COVID-19 per 24 maret 2021 yang menunjukkan jumlah penambahan kasus positif di angka kisaran 5.227. Jumlah ini menurun setengahnya dibandingkan pada Februari 2021 yang pernah mencapai angka di atas 10.000 kasus.

Baca juga: Kemarin kasus COVID tembus satu juta, Presiden gelar rapat terbatas

Jumlah kasus sembuh juga sudah cukup bagus dengan lebih dari 1,3 juta orang mengalami kesembuhan atau sekitar 88,9 persen persen dari jumlah pasien yang teridentifikasi mengalami COVID-19.

Ia menjelaskan lebih jauh tentang 5S 1T tersebut mulai dari Strategi, yakni mengedepankan tindakan preventif dan promotif untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, selanjutnya pada Struktur adalah adanya kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah dengan pendekatan pentahelix berbasis komunitas.

Pada pendekatan Sistem berfokus pada manajemen penanganan COVID-19 yang berbasis gotong-royong, dan pada pendekatan Skill dibutuhkan kerja sama dengan peneliti/kepakaran dalam bidang kesehatan masyarakat, epidemiologi, medis, teknologi, alat kesehatan (alkes), ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan lainnya.

Kemudian pada pendekatan Speed, diperlukan kedisiplinan, komitmen dan militansi, dan rantai komando dari pemerintah pusat sampai ke Rukun Tetangga (RT)/Rukun Warga (RW) sebagai kunci kecepatan penanganan. Terakhir, pada pendekatan Target, tim Satgas Covid-19 memiliki misi membuat yang sehat tetap sehat, yang kurang sehat harus sembuh, dan yang sakit diobati hingga sembuh.

Baca juga: Sri Mulyani: Insentif kepabeanan berperan percepatan penanganan COVID

Implementasi dari pendekatan 5S1T ini di tingkat daerah adalah penerapan 3T (Tracing, Testing, Treatment), 3M (Menjaga Jarak, Menggunakan Masker, Mencuci Tangan), dan upaya vaksinasi. Tiga hal ini adalah bentuk pertahanan 'triple model' yang diharapkan membuat masyarakat tetap dapat beraktivitas secara produktif, namun tetap aman dari paparan Covid-19.

Upaya penerapan ini dilaksanakan melalui pembatasan interaksi dan gerak sosial melalui program Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dilaksanakan pada 10 April 2020-10 Januari 2021, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Tahap 1 pada 11-25 Januari 2021, dan tahap 2 pada 26 Januari-8 Februari 2021.

"Semua program pembatasan tersebut dilakukan di tingkat pusat dan daerah," katanya.

Dari data jumlah kematian harian dan presentase angka kematian di tingkat nasional, Prof. Wiku mengungkapkan bahwa jumlahnya terus menurun hingga data terkini diambil per 21 Maret 2021. Jumlah kumulatif kesembuhan harian di Indonesia adalah 1.290.790 dengan 88.40 persen kesembuhan per 21 Maret 2021.

Baca juga: 76 persen tempat tidur pasien di RSD Wisma Atlet terisi

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2021