Indonesia merupakan negara yang kaya dengan potensi pariwisata. Wilayah pegunungan dipadu dengan pesona laut yang tiada duanya, menjadikan pariwisata Indonesia sebagai salah satu sektor yang mampu menggerakkan perekonomian.
Kedatangan wisatawan di daerah-daerah tujuan wisata yang memiliki pesona alam, dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang menjanjikan. Sektor pariwisata, terus digenjot untuk pertumbuhan ekonomi kawasan.
Memang tidak semua wilayah di Indonesia memiliki keunggulan daya tarik wisata alam itu. Akan tetapi, masih ada potensi lain yang bisa digali, dari wilayah-wilayah yang tidak memiliki keunggulan wisata alam tersebut.
Bagi sebagian masyarakat perkotaan, kehidupan sederhana para petani di wilayah pedesaan menjadi daya tarik tersendiri. Rutinitas yang dijalani para petani setiap harinya, jauh berbeda dengan kehidupan yang dijalani masyarakat perkotaan.
Ketertarikan masyarakat perkotaan terhadap kehidupan para petani yang sederhana, ditangkap oleh perangkat desa di Desa Ngabab, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur, untuk dijadikan modal awal dalam upaya mendatangkan wisatawan, dan memutar ekonomi desa.
Mulai 2018, Pemerintah Desa Ngabab, menawarkan pengalaman untuk merasakan kehidupan para petani yang sebenarnya bagi wisatawan. Kehidupan para petani, diramu untuk dijadikan paket wisata bagi pelancong yang ingin merasakan rutinitas petani dalam kondisi nyata.
Sekretaris Desa Ngabab Raga Canigia Renaldi mengatakan, pengembangan konsep Desa Wisata Edukasi Ngabab, merupakan visi-misi kepala desa dalam upaya untuk mendorong perekonomian desa, yang terletak di Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur itu.
"Kami bekerja sama dengan masyarakat desa. Yang kita jual pada wisata edukasi adalah, pengalaman wisatawan menjadi bagian dari masyarakat desa," kata Raga, kepada ANTARA, di Desa Ngabab, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, belum lama ini.
Menjual pengalaman kepada para wisatawan untuk menjadi bagian dari masyarakat Desa Ngabab, menjadi poin utama pengembangan desa wisata edukasi tersebut. Para wisatawan yang datang, diajak untuk merasakan kehidupan petani dalam kondisi yang sebenarnya.
Konsep pengembangan Desa Wisata Edukasi Ngabab tersebut, juga menjadi salah satu upaya untuk memperkenalkan kehidupan masyarakat desa kepada para wisatawan, dengan tetap mengedepankan, dan mempertahankan budaya setempat.
"Kami memperkenalkan budaya, keunikan, termasuk kebiasaan masyarakat Desa Ngabab kepada para wisatawan," kata Raga.
Di Desa Ngabab, tidak terlihat adanya hotel megah untuk dijadikan penginapan bagi para wisatawan. Masyarakat Desa Ngabab, membuka diri, dan memperbolehkan para wisatawan untuk tinggal di rumah mereka, dan merasakan langsung kehidupan sederhana para petani.
Para wisatawan yang datang ke Desa Ngabab, kebanyakan merupakan para mahasiswa maupun siswa dari dalam maupun luar negeri. Wisatawan tersebut, akan menginap di rumah-rumah warga, dan mengikuti keseharian pemilik rumah, atau yang biasa disebut sebagai inang tersebut.
Aktivitas masyarakat Desa Ngabab yang mayoritas merupakan petani, dan peternak sapi tersebut dimulai sejak pagi hari. Para wisatawan yang menginap di rumah warga, akan bangun sebelum matahari terbit, dan membantu para inangnya.
Biasanya, kegiatan pada pagi hari akan dimulai di dapur, untuk mempersiapkan makan pagi bagi anggota keluarga, termasuk para wisatawan tersebut. Makanan yang disajikan, juga merupakan makanan sederhana, khas desa setempat.
"Inti dari edukasi wisata di Desa Ngabab adalah, merasakan kehidupan sebagai petani," kata Raga.
Dalam upaya untuk mendatangkan para wisatawan ke Desa Ngabab, pemerintah desa melakukan kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi. Salah satu kerja sama tersebut, dilakukan dengan Universitas Brawijaya Malang.
Pada 2018, puluhan mahasiswa dari Universitas Hiroshima, Jepang, datang berkunjung ke Desa Wisata Edukasi Ngabab. Para mahasiswa asal Negeri Sakura itu, merasa sangat terkesan dengan kehidupan petani di desa yang terletak 33 kilometer dari Kota Malang tersebut.
Wisata Edukasi
Membuka kehidupan rumah tangga untuk orang asing, merupakan salah satu hal yang sulit untuk dibayangkan. Keseharian yang biasanya hanya dilakukan oleh anggota keluarga, secara tiba-tiba harus dijalani bersama dengan para wisatawan.
Masyarakat Desa Ngabab, sejauh ini bisa menerima kedatangan para wisatawan, dan berbagi cerita kehidupan mereka. Tidak jarang, usai berwisata di Desa Ngabab, para wisatawan tetap menjalin komunikasi dengan warga desa hingga saat ini.
Salah seorang warga Desa Ngabab, yang membuka rumahnya untuk dijadikan penginapan bagi para wisatawan, Ilfi Khumairoh mengatakan, Ia dan keluarganya sangat terbuka kepada para wisatawan yang datang berkunjung ke desanya. Di desa itu, ada 130 rumah yang dijadikan penginapan saat ada kunjungan wisatawan.
Menurut Ilfi, kedatangan para wisatawan ke Desa Ngabab tersebut, bukan menjadi sebuah gangguan bagi warga setempat. Malah, kedatangan para wisatawan tersebut menjadi salah satu peluang untuk bertukar pikiran, dan menambah keluarga.
Hasil dari konsep pengembangan Desa Wisata Edukasi Ngabab, yang mampu menarik minat wisatawan untuk datang tersebut, bisa menambah pemasukan masyarakat desa yang sebagian besar berprofesi sebagai petani atau peternak itu.
"Mayoritas kami bertani, dan beternak. Dengan wisata edukasi, ada tambahan pendapatan yang kami terima, ini membantu kami," ujar Ilfi.
Sementara itu, salah seorang pelajar dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Brawijaya Smart School Aura Awalia Nawaputri mengatakan, Ia bersama teman-temannya, mendapatkan pengalaman berharga untuk bisa merasakan keseharian kehidupan para petani pada 2018 lalu.
"Saya tinggal di rumah sederhana, dan berkesempatan memerah susu pada pagi hari. Semua terasa menyenangkan, namun yang paling penting adalah, masyarakat desa sangat ramah," kata Aura.
Keramahan masyarakat Desa Ngabab, menjadi kunci untuk mengembangkan potensi, dalam upaya menghadirkan desa wisata edukasi di wilayah Kabupaten Malang. Dengan keterbukaan itu, maka para wisatawan akan merasa lebih dekat dengan desa yang dikunjunginya.
Dihantam Pandemi COVID-19
Desa Wisata Edukasi Ngabab yang baru mulai menggeliat pada 2018 tersebut, harus menerima kenyataan dihantam pandemi penyakit akibat penyebaran virus Corona. Selama kurang lebih dua tahun membangun sektor wisata itu, saat ini tidak ada wisatawan yang datang ke desa itu.
Pemerintah Desa Ngabab mencatat, sejak digagas pada 2018, sudah ada sebanyak 350 orang wisatawan yang datang ke desa itu, dan merasakan pengalaman hidup bersama para petani. Namun, saat pandemi COVID-19 melanda pada 2020, kegiatan wisata itu terhenti.
"Selama pandemi COVID-19, tidak ada wisatawan yang datang. Kami baru memulai pada 2018, tapi pada 2020 terhantam pandemi," kata Raga.
Sementara itu, Ilfi mengharapkan dampak pandemi COVID-19 dirasakan cukup berpengaruh terhadap wisata di desa tersebut. Ia mengharapkan pandemi bisa segera berlalu, agar ia dan keluarganya bisa mendapatkan tambahan penghasilan dari kunjungan wisatawan.
"Selama pandemi ini tidak ada tamu sama sekali. Sangat berdampak. Harapannya pandemi ini bisa hilang, dan ada pemasukan tambahan untuk kami," kata Ilfi.
Meskipun saat ini sektor pariwisata di Desa Ngabab bisa dikatakan terhenti, namun Pemerintah Desa Ngabab tetap memiliki rencana pengembangan untuk jangka panjang, sembari berharap pandemi COVID-19 segera berlalu.
Pemerintah desa masih terus berupaya untuk mengembangkan konsep wisata edukasi di Desa Ngabab, terutama bagaimana cara untuk menarik wisatawan agar bisa berkunjung ke desa tersebut.
Ke depan, Pemerintah Desa Ngabab akan memanfaatkan tanah kas desa untuk dijadikan sebagai salah satu daya tarik terhadap para wisatawan. Rencananya, akan disiapkan panggung budaya, termasuk kompleks kebudayaan masyarakat Desa Ngabab.
Selain menambah infrastruktur untuk menarik minat wisatawan, Pemerintah Desa Ngabab juga mengharapkan bantuan dari pemerintah daerah setempat, khususnya berupa pendampingan masyarakat, dalam upaya untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) di desa.
"Pendampingan itu kami butuhkan, untuk kemajuan yang ada di desa kami," ujar Raga.
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021