"TMC merupakan upaya untuk memodifikasi pertumbuhan awan dengan memasukkan inti kondensasi ke dalam sistem awan sehingga hujan lebih cepat terjadi dan curah hujan yang dihasilkan menjadi lebih besar," kata Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) BPPT Jon Arifian dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA, di Jakarta, Senin.
Sorti pertama kegiatan TMC DAS Danau Toba akan dilaksanakan pada Kamis (1/4) dan direncanakan selama 20 hari mendatang.
Baca juga: BPPT mulai operasikan modifikasi cuaca tangani karhutla di Riau
Pesawat yang akan digunakan yaitu pesawat jenis Piper Cheyenne II registrasi PK-TMC milik BPPT dengan metode TMC menggunakan bahan semai Flare Cosat.
Tim TMC telah menyiapkan bahan semai Flare Cosat sebanyak 170 batang di Posko TMC Danau Toba di area PT Angkasa Pura II Cabang Bandara Silangit, Sumatera Utara.
Operasi TMC akan dilaksanakan BBTMC BPPT bekerjasama dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum).
Kegiatan tersebut diinisiasi Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, yang didukung oleh Kepolisian RI (Polda Sumatera Utara dan Polres Tapanuli Utara), PT Angkasa Pura II Cabang Bandara Silangit, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, PJT I dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Jon menuturkan Danau Toba memiliki fungsi sangat strategis, baik untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA), irigasi, juga memenuhi air baku bagi industri dan rumah tangga termasuk pariwisata.
Menurut data historis, rata-rata curah hujan pada April di Danau Toba sebesar 203 mm.
Pelaksanaan TMC itu diharapkan dapat meningkatkan 20-30 persen dari curah hujan selama April 2021 di Danau Toba.
Baca juga: BPPT sebut operasi TMC untuk tambah air Waduk Kaskade Citarum
Direktur Eksekutif Operasi dan Produksi PT Inalum (Persero) Reinaldy Harahap mengatakan tahun 2021 merupakan ketiga kalinya TMC dilaksanakan di Danau Toba.
Hingga 26 Maret 2021, TMA Danau Toba berada pada level 903, 20 meter, sementara level minimum di titik 902, 40 meter agar PLTA di sana dapat tetap beroperasi normal.
Reinaldy menuturkan kondisi itu cukup mengkhawatirkan sehingga perlu langkah praktis untuk meningkatkan tinggi muka air di DAS Danau Toba. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan TMC.
DAS Danau Toba menjadi sumber utama tiga bendungan dan dua PLTA yang dikelola PT Inalum. Bendungan tersebut yaitu Bendungan Pengatur, Bendung Sigura-gura dan Bendungan Tangga. Sedang PLTA yaitu PLTA Sigura-gura dan PLTA Tangga. PLTA Sigura-gura memiliki kapasitas produksi 286 MW dan PLTA Tangga memiliki kapasitas produksi 317 MW. Selain itu, Danau Toba juga menjadi sumber mata pencaharian bagi penduduk yang tinggal di sekitarnya.
Koordinator Lapangan TMC DAS Danau Toba Cornelius A Nababan menuturkan untuk membantu pengamatan cuaca dan kondisi awan di wilayah target, akan ditempatkan personel di dua lokasi Pos Pengamatan Meteorologi (Posmet), yaitu di daerah Porsea dan Merek.
Hasil pengamatan cuaca dan potensi awan hujan akan dilaporkan setiap saat oleh petugas di posmet kepada tim pelaksana di posko, untuk dianalisis dan dijadikan sebagai masukan guna menentukan strategi pelaksanaan penyemaian awan setiap harinya.
Pihaknya juga bekerja sama dengan BMKG Stasiun Meteorologi Silangit untuk analisa data cuaca dan radar.
TMA Danau Toba menunjukkan tren menurun setiap tahunnya. Selain karena efek dari perubahan iklim yang mempengaruhi curah hujan di kawasan Danau Toba, isu kerusakan lingkungan ditengarai menjadi penyebab menurunnya level muka air Danau Toba.
Baca juga: Presiden Jokowi minta BPPT terus berburu inovasi dan teknologi
Baca juga: Presiden Jokowi: BPPT harus jadi lembaga akuisisi teknologi maju
Baca juga: BPPT akan pasang 13 buoy atau pendeteksi tsunami pada 2020-2024
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021