Gubernur Aceh Nova Iriansyah mengingatkan Tim Pengendali Inflasi Daerah di seluruh Aceh untuk mengendalikan harga bahan pokok menyusul akan meningkatnya konsumsi masyarakat menjelang Ramadhan 2021.
“Kita akan memasuki Bulan Ramadhan dan sudah menjadi tradisi di Aceh, tingkat konsumsi masyarakat di bulan Ramadhan cenderung meningkat dan ini perlu perhatian dari TPID,” kata Nova Iriansyah di Anjong Mon Mata, Banda Aceh, Rabu.
Pernyataan itu disampaikanya dalam pidato tertulis dibacakan Asisten II Setda Aceh, Mawardi di sela-sela membuka High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah se-Aceh pada Triwulan I – tahun 2021 yang di selenggarakan Bank Indonesia Provinsi Aceh.
Ada empat kebijakan yang harus dipantau dalam upaya menjaga inflasi dan menjaga stabilitas harga yakni ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi dan komunikasi ekspektasi atau disingkat 4K.
“Pemantauan tersebut tentu tidak hanya di kota-kota besar, tapi juga hingga ke pelosok gampong. Ingat, ada banyak masyarakat Aceh yang tinggal di desa dan wilayah kepulauan,” katanya.
Terhambatnya pasokan ke daerah tersebut akan membuat harga bahan pokok melonjak, terutama bahan pokok yang didatangkan dari luar Aceh.
“Tahun 2020 kita punya pengalaman buruk soal ini, yakni ketika pasokan gula pasir terhambat di sejumlah daerah, akibatnya harga gula sempat mengalami kenaikan signifikan. Saya berharap tahun ini kasus seperti itu tidak terjadi lagi,” katanya.
Selain masalah pasokan dan distribusi, potensi inflasi juga bisa datang dari kondisi cuaca. Curah hujan yang tinggi, badai yang memicu tingginya gelombang laut, atau kemarau yang panjang, bisa menghambat pasokan bahan makanan.
“Antisipasi terkait cuaca tersebut juga perlu kita bahas sejak awal agar jalan keluarnya dapat kita persiapkan sejak sekarang. Artinya, dalam kondisi apapun, ketersediaan bahan pokok tetap harus ada di pasaran, sehingga harga- harga dalam keadaan stabil,” katanya.
Kenaikan harga biasanya terjadi pada komoditas pangan utama seperti bawang merah, cabai merah, daging ayam ras, dan sapi.
“TPID di Aceh haru fokus pada komoditas-komoditas yang selama ini berkontribusi besar sebagai penyumbang inflasi. Inflasi bukanlah hanya sekadar angka, melainkan suatu gambaran kondisi perekonomian masyarakat,” katanya.
Inflasi akan menggerus penghasilan, yang pada akhirnya dapat menjerumuskan masyarakat Aceh ke jurang kemiskinan.
Ia juga mengimbau kepada seluruh TPID yang ada di Aceh dapat menyampaikan laporan kegiatannya ke Tim Pengendalian Inflasi Pusat, sesuai waktu dan format yang telah ditetapkan.
Kepala Bank Indonesia Provinsi Aceh, Achris Sarwani mengatakan bahan makanan, sandang dan transportasi menjadi penyumbang terhadap inflasi selama Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.
“Kami berharap SKPA dan SKPD di seluruh Aceh yang memiliki program pasar murah khususnya dapat segera melaksanakan kegiatan tersebur karena merupakan momentum untuk menekan gejolak harga kebutuhan di pasaran,” kata Achris.
Baca juga: Dekranasda Aceh siap dampingi UMKM
Baca juga: Stabilkan harga bahan pokok, Kemendag jaga ketersediaan pasokan
Baca juga: Aceh Besar targetkan pertumbuhan ekonomi 5 persen tahun 2022
Pewarta: M Ifdhal
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021