Filipina menggambarkan kehadiran ratusan kapal China di dalam zona ekonomi eksklusif sepanjang 200 mil di Whitsun Reef di Laut China Selatan sebagai aksi "mengerumuni dan mengancam".
Manila yakin kapal-kapal itu diawaki oleh milisi maritim. Namun, para diplomat China mengatakan kapal-kapal itu berlindung dari laut yang ganas dan tidak ada milisi di dalamnya.
Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan dan Penasihat Keamanan Nasional Filipina Hermogenes Esperon "sepakat bahwa Amerika Serikat dan Filipina akan terus berkoordinasi erat dalam menanggapi tantangan di Laut Cina Selatan," kata Gedung Putih.
"Sullivan menekankan bahwa Amerika Serikat mendukung sekutu kami Filipina dalam menegakkan tatanan maritim internasional berbasis aturan, dan menegaskan kembali penerapan Perjanjian Pertahanan Bersama AS-Filipina di Laut China Selatan," demikian pernyataan Gedung Putih.
Kanada, Australia, Jepang, dan beberapa negara lainnya telah menyuarakan keprihatinan tentang niat China.
Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, China, dan Vietnam memiliki klaim wilayah yang tumpang tindih di Laut China Selatan, yakni perairan yang dilalui aktivitas perdagangan setidaknya senilai 3,4 triliun dolar AS per tahun.
Sumber: Reuters
Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021