Pengamat politik dari Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Setia Budhi Rangkasbitung Harits Hijrah Wicaksana menyebutkan kubu Moeldoko setelah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) menolak Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di Deli Serdang dimungkinkan bergabung dengan partai politik lain.Kami yakin kubu Moeldoko akan terjadi 'bedol desa'
"Kami yakin kubu Moeldoko akan terjadi 'bedol desa' dengan bergabung ke partai politik lain," kata Ketua STISIP Setia Budhi Rangkasbitung Harits Hijrah Wicaksana, di Lebak, Banten, Senin.
Menurutnya, kemungkinan kubu Moeldoko itu ada dua pilihan, antara lain akan terjadi "bedol desa" dengan bergabung ke partai politik lain.
Pilihan lainnya, kata dia lagi, jika amunisi dan sumber daya modal yang dimiliki cukup, bisa mendirikan partai politik baru.
Namun, menurut dia, pihaknya menganalisis secara logis dimungkinkan kubu Moeldoko itu bergabung dengan partai politik lain, selain Partai Demokrat.
Sedangkan, kader lainnya juga ada yang kembali akan bergabung dengan Partai Demokrat.
Partai yang akan menjadi pilihan untuk bergabung nanti tentu sangat diuntungkan dengan bergabungnya kubu Moeldoko itu.
"Yang saya tahu contohnya anak mantan Ketua Umum Partai Demokrat Hadi Utomo yang kini berkarir di Partai NasDem, dan mereka bisa saja bergabung," kata Dosen Utirta Serang itu pula.
Ia juga mengatakan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) harus mampu memainkan peran untuk rekonsiliasi, dengan merangkul kembali para pendiri Partai Demokrat dari kubu Moeldoko itu, mengingat di sana terdapat Max Sopacua, Jhoni Allen Marbun, dan Marzuki Ali sebagai orang tua dan memiliki pengalaman sejarah.
"Kami berharap AHY bisa memainkan peran untuk merangkul pendiri partai, agar kaderisasi politik berjalan untuk menaikkan elektabilitas pada Pemilu 2024, dan sebaliknya akan merugi jika tidak merangkul karena akan kehilangan separuh suara," katanya pula.
Baca juga: Jubir: Partai Demokrat fokus konsolidasi kepengurusan
Baca juga: Max Sopacua sebut putusan Kemenkumham bukti pemerintah tak ikut campur
Pewarta: Mansyur suryana
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2021