Kepala Biro Perum LKBN Antara NTT Bernadus Tokan, melaporkan, kota tersebut gelap gulita dan warga bertahan di dalam rumah.
Baca juga: Polri kirim bantuan untuk korban banjir NTT
Baca juga: Basarnas: 69 korban banjir bandang di Adonara ditemukan meninggal
Banyak warga saat ini berburu lilin, mencari ke warung-warung di kegelapan malam yang telah berlangsung sejak Minggu (4/4).
Bahkan, tak sedikit warga yang mencari rumah yang memiliki genset untuk sekadar mengecas telepon selular.
Mereka rela membayar Rp5 ribu per jam untuk mengecas telepon selular.
Aditya, seorang mahasiswa mengatakan dirinya membayar Rp5 ribu untuk bisa mengecas HP. "Ini agar bisa berkomunikasi dengan orang tua," katanya.
Untuk telekomunikasi, terdapat titik tertentu yang bisa mendapatkan sinyal. "Dalam Kota Kupang ada sinyal seluler," katanya.
Sementara itu, pohon yang tumbang diterpa angin kencang dan hujan lebat masih banyak yang menutupi ruas jalan.
Kabel telepon dan listrik menjuntai bercampur dengan kayu dan dedaunan pohon tumbang.
Diperkirakan banyak rumah di Kota Kupang yang rusak akibat angin kencang tersebut, namun sampai sekarang belum diketahui informasi secara resmi dari pihak terkait mengenai kerusakan akibat bencana alam tersebut.
Baca juga: PLN telah pulihkan 159 gardu listrik di NTT
Baca juga: Pemkab Lembata kekurangan alat berat cari korban hilang
Pewarta: Riza Fahriza*Bernadus Tokan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021