Kota Kupang bagaikan kota mati

5 April 2021 18:25 WIB
Kota Kupang bagaikan kota mati
Warga bergotong royong menarik atap rumah yang jatuh di badan jalan akibat diterjang angin kencang di Kota Kupang, NTT, Senin (5/4/2021). BMKG menyebutkan angin kencang dengan kecepatan 45 knot per jam yang terjadi sejak Minggu (4/4) hingga Senin (5/4) tersebut menghancurkan ribuan rumah, menumbangkan sejumlah pohon sehingga mengakibatkan kota Kupang lumpuh total hingga sore ini. ANTARA FOTO/Kornelis Kaha/hp.
Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (5/4) malam, bagaikan kota mati setelah listrik yang belum menyala juga pasca-cuaca ekstrem melanda daerah tersebut.

Kepala Biro Perum LKBN Antara NTT Bernadus Tokan, melaporkan, kota tersebut gelap gulita dan warga bertahan di dalam rumah.

Baca juga: Polri kirim bantuan untuk korban banjir NTT

Baca juga: Basarnas: 69 korban banjir bandang di Adonara ditemukan meninggal


Banyak warga saat ini berburu lilin, mencari ke warung-warung di kegelapan malam yang telah berlangsung sejak Minggu (4/4).

Bahkan, tak sedikit warga yang mencari rumah yang memiliki genset untuk sekadar mengecas telepon selular.

Mereka rela membayar Rp5 ribu per jam untuk mengecas telepon selular.

Aditya, seorang mahasiswa mengatakan dirinya membayar Rp5 ribu untuk bisa mengecas HP. "Ini agar bisa berkomunikasi dengan orang tua," katanya.

Untuk telekomunikasi, terdapat titik tertentu yang bisa mendapatkan sinyal. "Dalam Kota Kupang ada sinyal seluler," katanya.

Sementara itu, pohon yang tumbang diterpa angin kencang dan hujan lebat masih banyak yang menutupi ruas jalan.

Kabel telepon dan listrik menjuntai bercampur dengan kayu dan dedaunan pohon tumbang.

Diperkirakan banyak rumah di Kota Kupang yang rusak akibat angin kencang tersebut, namun sampai sekarang belum diketahui informasi secara resmi dari pihak terkait mengenai kerusakan akibat bencana alam tersebut.

Baca juga: PLN telah pulihkan 159 gardu listrik di NTT

Baca juga: Pemkab Lembata kekurangan alat berat cari korban hilang

Pewarta: Riza Fahriza*Bernadus Tokan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021