"Sebagai hasil dari tindakan yang kami ambil, kami yakin masalah spesifik yang menyebabkan peretas bisa mengambil data tersebut pada 2019 sudah tidak ada lagi," kata Facebook di blog resmi, dikutip Rabu.
Facebook mengatakan data tersebut diambil bukan dengan cara meretas sistem mereka, namun dengan metode "scraping" sebelum September 2019.
Scraping dilakukan dengan memasang perangkat lunak otomatis untuk mengambil informasi publik yang ada di internet. Menurut Facebook, peretas menyalahgunakan fitur impor kontak, yang biasanya digunakan untuk menemukan teman yang juga memiliki akun di Facebook.
"Ketika kami menyadari aktor jahat menggunakan fitur ini pada 2019, kami membuat perubahan untuk fitur itu," kata Facebook.
Facebook menyatakan tidak ada informasi tentang finasial, kesehatan dan kata kunci yang diambil.
Untuk mencegah kejadian serupa, selain membentuk tim keamanan, Facebook juga meminta pengguna mereka mengecek secara rutin pengaturan privasi, menggunakan fitur keamanan otentikasi dua faktor dan bijak memilih informasi yang ditampilkan untuk umum.
Baca juga: Facebook luncurkan fitur foto dukung vaksin COVID-19
Baca juga: Data 500 juta pengguna Facebook diduga bocor
Baca juga: Facebook dan Google gelar kabel untuk hubungkan Asia Tenggara-Amerika
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021