• Beranda
  • Berita
  • Pandemi, konsultan: Harga jual apartemen di Jakarta relatif stagnan

Pandemi, konsultan: Harga jual apartemen di Jakarta relatif stagnan

7 April 2021 15:47 WIB
Pandemi, konsultan: Harga jual apartemen di Jakarta relatif stagnan
Pengendara sepeda motor melaju di depan bangunan rumah susun sederhana milik (Rusunami) Klapa Village yang merupakan hunian dengan program DP (uang muka) Rp0 di Pondok Kelapa, Jakarta, Kamis (18/3/2021). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/aww.
Senior Associate Director Colliers Indonesia (konsultan properti) Ferry Salanto menyatakan harga jual apartemen yang terletak di kawasan DKI Jakarta pada saat ini cenderung relatif stagnan, dampak dari menurunnya perekonomian akibat pandemi.

"Harga jual antara kuartal I-2021 dengan kuartal 1-2020 relatif stagnan atau tidak ada perubahan," kata Ferry Salanto di Jakarta, Rabu.

Ia mengungkapkan bahwa rata-rata harga jual apartemen stagnan di angka sekitar Rp35 juta per meter persegi.

Berdasarkan data Colliers, pada kuartal I-2019 harga rata-rata adalah sekitar Rp34,1 juta per meter persegi, sedangkan harga rata-rata pada kuartal I-2018 adalah sekitar Rp32,9 juta meter persegi.

Mengenai pembangunan berbagai proyek apartemen, Ferry menyatakan bahwa sebagian besar proyek mulai dilanjutkan, dan diharapkan kegiatan konstruksi bisa kembali pulih setelah program vaksinasi.

Sedangkan terkait dengan insentif yang diberikan pemerintah untuk menggenjot kinerja penjualan sektor properti, Ferry menduga bahwa dampak program insentif dari pemerintah belum begitu terlihat.

Akan tetapi, masih menurut dia, sudah terlihat adanya kenaikan peminat pembeli unit apartemen, terutama terhadap proyek apartemen yang sudah jadi atau selesai pembangunannya.

"Beberapa proyek diprediksi akan diserahterimakan pada kuartal II atau kuartal III 2021, untuk mengejar keuntungan dari insentif PPN," katanya.

Ia berpendapat bahwa harga jual diperkirakan akan tetap stagnan di jangka pendek karena proyek yang belum jadi harus bersaing dengan proyek yang mendapat insentif PPN. Namun, apabila insentif PPN berakhir, dipastikan harga akan naik.

Sebelumnya, Indonesia Property Watch (IPW) menilai sejumlah insentif yang diberikan oleh pemerintah baru-baru ini akan mendongkrak sektor properti dan juga pembiayaan ke sektor tersebut.

Pemerintah memberikan insentif berupa penghapusan PPN hingga 100 persen untuk sektor perumahan setelah sebelumnya Bank Indonesia merelaksasi loan to value (LTV) ke level 100 persen alias uang muka atau down payment (DP) nol persen.

"Harusnya dengan kebijakan ini sektor properti dapat meningkat 20 persen tahun ini dibandingkan 2020 lalu. Ini langkah luar biasa yang diambil pemerintah untuk menggerakkan ekonomi khususnya properti. Ini akan berdampak luar biasa terhadap peningkatan pasar properti," kata CEO IPW Ali Tranghanda.

Dengan insentif tersebut pembelian rumah tapak atau rumah susun/apartemen baru yang nilainya di bawah Rp2 miliar akan dibebaskan PPN dan pengurangan PPN untuk rumah Rp2 miliar hingga Rp5 miliar sebesar 50 persen.

Ali berpendapat bahwa dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkan BI dan pemerintah, pasar properti akan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian nasional dan akan membantu para pengembang yang belakangan ikut terdampak karena pandemi.

"Konsumen harus melihat ini sebagai momen untuk membeli properti karena mungkin tidak akan ada lagi seperti ini dengan pembebasan PPN," ujar Ali.

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021