Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron mengatakan budaya inovasi diperlukan dalam menghadapi berbagai dinamika dalam implementasi Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) terutama saat menghadapi pandemi COVID-19.Di BPJS Kesehatan sendiri, pengelolaan inovasi berbasis pada akselerasi budaya inovasi
Dalam keterangan BPJS Kesehatan yang diterima di Jakarta pada Kamis, Ghufron mengatakan tantangan yang dihadapi BPJS Kesehatan dan Program JKN-KIS adalah cakupan kepesertaan yang mencapai 222.847.524 jiwa atau 82 persen dari jumlah penduduk, dengan jumlah pegawai BPJS Kesehatan 6.968 orang. Artinya bisa dikatakan satu pegawai melayani 31.982 peserta program JKN-KIS.
"Dengan jumlah peserta sebesar ini dengan segmen peserta yang bervariasi, 'customer needs' tentunya terus meningkat, yang membutuhkan upaya-upaya inovatif untuk mencapainya. Di BPJS Kesehatan sendiri, pengelolaan inovasi berbasis pada akselerasi budaya inovasi," kata Ghufron.
Hal itu membuat BPJS Kesehatan menjadi organisasi pembelajar atau learning organization yang berarti BPJS Kesehatan harus waspada, luwes, adaptif, dan mampu membaca tren masa depan.
Selain itu, dengan adanya pandemi COVID-19 memaksa masyarakat lebih banyak beraktivitas dari rumah dan memanfaatkan aplikasi maupun alat berbasis internet untuk tetap terhubung satu sama lain dan dunia yang lebih luas. Ghufron menjelaskan proses pembelajaran internal BPJS Kesehatan juga pada akhirnya mengadaptasi hal tersebut.
Akselerasi budaya inovasi BPJS Kesehatan dimulai dari penggambaran pengetahuan atau wall of knowledge yaitu melakukan aktivitas belajar bersama dan menghasilkan one point lesson. Dilanjutkan dengan penggambaran ide atau wall of ideas yaitu membentuk aktivitas ideation, melahirkan ide untuk meningkatkan kinerja unit kerja melalui proses design thinking, lean six sigma, dan sebagainya.
Selanjutnya adalah penggambaran inovasi atau wall of innovation, aktivitasnya berupa pengujian, merancang prototipe dan menerapkannya di lapangan. Pengujian merupakan tahap penerapan ide.
Baca juga: BPJS Kesehatan dorong peningkatan kualitas pelayanan RSPAD
Baca juga: BPJS Kesehatan raih penghargaan atas inovasi layanan digital
Terakhir adalah diadakan Festival Inovasi, aktivitasnya berupa mempresentasikan hasil-hasil inovasi dalam kegiatan festival tingkat wilayah ataupun nasional.
"Akselarasi budaya inovasi yang dibangun BPJS Kesehatan, membuahkan inovasi-inovasi pelayanan publik khususnya memudahkan peserta mengakses layanan seiring perubahan zaman. Inovasi yang diluncurkan BPJS Kesehatan juga mendapat apresiasi dari masyarakat, bahkan berperan besar dalam membantu penanganan pandemi COVID-19 di Indonesia," kata Ghufron.
Dia memberi contoh beberapa inovasi BPJS Kesehatan seperti dalam hal pelayanan administrasi kepesertaan tanpa tatap muka melalui BPJS Kesehatan Care Center, Mobile JKN, Chat Assistant JKN (CHIKA), Voice Interactive JKN (VIKA) dan Pelayanan Administrasi melalui aplikasi Whatsapp (PANDAWA).
Selain itu, BPJS Kesehatan memanfaatkan tele-consultation dalam melakukan kontak dengan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) melalui aplikasi Mobile JKN dan Mobile JKN Faskes sebagai bagian dari upaya meminimalisir kontak langsung seiring dengan pandemi COVID-19 dan screening COVID-19 harian peserta JKN-KIS melalui aplikasi Mobile JKN. Penyaringan data itu digunakan sebagai sumber data peserta JKN-KIS yang memiliki kondisi komorbid dan disampaikan ke pemerintah.
BPJS Kesehatan juga menyusun strategi pemanfaatan data dan informasi Program JKN-KIS dalam hal mendukung pemerintah dalam penanganan COVID-19 dalam bentuk dukungan sumber data menyukseskan program vaksinasi.
"Diharapkan budaya inovasi yang terus ada di BPJS Kesehatan, akan terus berkembang dan semakin dirasakan manfaatnya bagi masyarakat," demikian ujar Ghufron.
Baca juga: BPJS Kesehatan bahas layanan JKN-KIS dengan asosiasi rumah sakit
Baca juga: BPJS Kesehatan siapkan rencana aksi terhadap pendapat BPK
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2021