Seksi Dokumentasi dan Publikasi Balai Konservasi Borobudur, Isni Wahyuningsih di Magelang, Kamis, mengatakan beberapa cerita dalam relief telah dipelajari dan dibuat koreografinya. Candi Borobudur memiliki sekitar 1.200 relief dengan cerita menarik.
"Kami telah mengkaji potensi relief itu dan menginterpretasikan cerita-cerita pada relief itu dalam bentuk tarian. Ada banyak cerita, misalnya Karmawibhangga, Lalitawistara, Jataka Awadana, Gandawyuha dan lainnya," katanya pada workshop tari relief Candi Borobudur di Balai Konservasi Borobudur.
Baca juga: Peneliti: Relief Borobudur bisa jadi katalog spesies Jawa kuno
Ia menuturkan dari cerita-cerita di relief itu, pihaknya telah membuat koreografi-koreografi untuk diwujudkan dalam bentuk tari.
"Hal ini penting, karena pemaknaan dan nilai-nilai di relief itu diberikan pada generasi penerus untuk pembelajaran. Jadi tidak hanya fisiknya yang kami lestarikan, tapi juga nilainya," katanya.
Baca juga: 52 spesies dan famili satwa teridentifikasi di relief Candi Borobudur
Menurut dia potensi seni tari dari relief Candi Borobudur sangat banyak. Namun, saat ini baru enam tarian yang sedang dikembangkan.
"Karena pandemi ini, workshopnya dibatasi. Kami baru mengembangkan enam tarian dan menggandeng enam sanggar. Tarian kami ambil dari cerita Jataka Awanda, salah satunya kisah Manohara," katanya.
Baca juga: BKB dorong aktualisasi relief Candi Borobudur jadi karya seni tari
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang menghadiri workshop tersebut menyampaikan kebanggaannya dengan upaya menggerakkan cerita-cerita relief Candi Borobudur dalam kehidupan nyata.
Sebelumnya Ganjar bersama Trie Utami, Dewa Budjana, dan Purwatjaraka bersama-sama mewujudkan seni musik yang tertera dalam relief Borobudur, kini ada seni tari yang terinspirasi dari cerita di sana.
Baca juga: Perajin batik pelajari relief Candi Borobudur
"Jadi ini nanti pasti akan menjadi pertunjukan yang sangat menarik. Setelah tadi saya memmbahas seni musik, sekarang ada seni tari. Ini luar biasa," katanya.
Ganjar mendorong pembangunan kawasan Borobudur tidak hanya fokus pada bangunan fisik. Namun kesenian, budaya, arsitektur, lingkungan dan lainnya harus juga dikembangkan bersama sehingga wisatawan yang datang tidak akan bosan. ***3***
Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2021