• Beranda
  • Berita
  • Pakar berpesan terapi anak autis harus perhatikan kenyamanan anak

Pakar berpesan terapi anak autis harus perhatikan kenyamanan anak

9 April 2021 00:40 WIB
Pakar berpesan terapi anak autis harus perhatikan kenyamanan anak
Ilustrasi - Pengunjung mengamati sebuah lukisan berjudul "Lucy dan Boneka" karya perupa Anfield Wibowo (15) pada pameran seni rupa karya perupa individu penyandang autisme bertajuk "Warna Warni" di Bentara Budaya, Jakarta, Senin (8/7/2019). ANTARA FOTO/Dodo Karundeng/wsj.

Jangan ragu-ragu atau jangan malu untuk pergi ke dokter atau ke klinik tumbuh kembang

Psikiater dan Ketua Yayasan Autisma Indonesia dr. Melly Budhiman meminta para orang tua yang memiliki anak autis agar melakukan terapi secara rutin namun tetap memperhatikan kenyamanan anak.

"Banyak orang tua yang menginginkan anaknya cepat maju, kemudian terapi ini, terapi itu, si anak kan butuh waktu juga untuk istirahat, untuk bermain," kata dr. Melly saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.

Menurutnya, terapi yang berlebihan tidak baik untuk perkembangan sang anak.

"Ada orang tua yang dalam sehari nonstop delapan jam terapi anaknya, waduh kasihan amat," katanya.

Baca juga: Pakar: Anak autis bisa pulih dan hidup normal

Melly juga menyarankan orang tua sebaiknya memberikan perhatian lebih besar kepada anak autis. Jika kedua orang tua bekerja, sebaiknya ibu mau berkorban untuk tidak bekerja sementara waktu demi mendukung tumbuh kembang anak.

Ia menambahkan mempercayakan anak autis kepada pengasuh bisa berisiko anak dapat diperlakukan secara tidak baik lantaran perilaku anak yang bisa membuat kesal pengasuhnya.

Bagi para orang tua diharapkan memperhatikan perkembangan anaknya dan tidak ragu memeriksakannya ke dokter atau ke klinik tumbuh kembang jika merasa anaknya mengalami keterlambatan perkembangan.

"Jangan ragu-ragu atau jangan malu untuk pergi ke dokter atau ke klinik tumbuh kembang karena makin cepat ditangani, makin baik," kata pakar autisme ini.

Melly menjelaskan beberapa ciri anak autis yaitu terlambat dalam perkembangan komunikasi, sosialisasi dan perilaku.

"Terlambat dalam perkembangan komunikasi, terlambat dalam perkembangan sosialisasi dan terlambat dalam perkembangan perilaku, itu (autisme) sudah bisa didiagnosa pada umur dua tahun," kata dia.

Baca juga: Riza ajak masyarakat yang miliki anggota autisme agar tetap semangat
Baca juga: Dian Sastrowardoyo galang donasi untuk bantu anak autisme

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021