Kejadian itu merupakan yang terbaru dalam serentetan kekerasan senjata massal mematikan di Amerika Serikat selama tiga pekan terakhir.
Juru bicara Kepolisian Bryan, Texas, Letnan Jason James melalui wawancara dengan CNN via telepon mengatakan bahwa penembakan berlangsung di sebuah perusahaan, "di mana terdapat banyak pekerja di dalamnya."
Kepala Kepolisian setempat Eric Buske lantas memberitahu awak media bahwa pria bersenjata itu rupanya salah satu pekerja dari perusahaan tempat lokasi penembakan, Kent Moore Cabinets. Buske yakin tersangka telah ditahan di sel.
Baca juga: Washington berupaya larang penjualan senjata serbu kapasitas tinggi
Baca juga: Motif penembakan Georgia masih samar, warga Asia-Amerika ketakutan
Penembakan itu menewaskan satu orang di lokasi kejadian dan melukai empat lainnya akibat tembakan, ungkap Buske. Menurutnya, orang kelima dibawa ke rumah sakit lantaran menderita serangan asma.
Kekerasan itu menyusul serentetan belasan penembakan massal mematikan di seluruh Amerika Serikat sejak pertengahan Maret, termasuk amukan yang menewaskan delapan orang di spa daerah Atlanta, 10 orang di swalayan Boulder, Colorado dan empat orang, termasuk bocah laki-laki berusia 9 tahun di Orange, California.
Pada Rabu (7/4) mantan pemain sepak bola profesional menembak dan menewaskan seorang dokter terkemuka di South Carolina, istrinya, dua cucunya dan satu pria lain sebelum mengakhiri hidupnya sendiri di rumahnya, yang berada tidak jauh dari lokasi penembakan, kata otoritas, Kamis.
Penembakan terbaru di Texas pada Kamis terjadi beberapa jam setelah Presiden Joe Biden dan Jaksa Agung Merrick Garland mengumumkan aturan terbatas untuk menangani lonjakan kekerasan senjata di AS dalam beberapa tahun belakangan.
Sumber: Reuters
Baca juga: Tidak ada korban WNI dalam insiden penembakan Colorado
Baca juga: Penembakan massal di Colorado AS tewaskan 10 orang, termasuk polisi
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021