Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengingatkan para investor dan calon investor lebih rasional dan bijak saat berinvestasi di pasar saham yang memang memiliki volatilitas tinggi.Belum melandainya kasus baru COVID-19 di Indonesia masih dapat berpotensi menimbulkan 'shock'
"Kita akan terus galakkan sosialisasi terhadap investor dan calon investor bahwa melihat pasar itu jangan tertumpu pada emosi. Lebih banyak mungkin ada rasionalisme terhadap fundamental, laporan dan sebagainya," kata Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II OJK Yunita Linda Sari di Badung, Bali, Jumat.
Yunita mengakui pergerakan harga di pasar saham domestik saat ini memang masih banyak dipengaruhi oleh berita-berita yang beredar di pasar, bukan berdasarkan fundamental.
"Tapi kalau dilihat secara benar analisis terhadap perusahaan-perusahaan yang listing di bursa itu sebetulnya secara fundamental mereka masih tetap ada," ujar Yunita.
Yunita mengatakan, ketika Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus infeksi COVID-19 pertama di Indonesia pada 2 Maret 2020 lalu, tekanan pada pasar saham terjadi cukup signifikan pada triwulan I 2020.
IHSG mulai masuk tren naik atau bullish pada periode 2-11 November 2020 pascahasil pilpres AS yang dimenangkan oleh Joe Biden mampu mendorong sentimen positif ke bursa global dan regional.
Kondisi IHSG saat ini per 8 April 2021, ditutup di level 6.071,72 dengan tren year to date 2021 sebesar 1,55 persen, menguji kenaikan di atas level 6.000.
Sementara kapitalisasi pasar saham per 8 April 2021 mencapai Rp7.173,15 triliun sehingga secara year to date telah meningkat 2,93 persen dibandingkan posisi pada 30 Desember 2020 Rp6.968,94 triliun.
Meskipun menguat, lanjut Yunita, belum melandainya kasus baru COVID-19 di Indonesia masih dapat berpotensi menimbulkan shock bagi pergerakan pasar ke depan meskipun koreksi yang akan terjadi di pasar saham masih wajar.
Ia menambahkan, IHSG dalam dua pekan terakhir memang sempat mengalami koreksi tapi kini sudah "menghijau" kembali.
"Ada beberapa berita yang memengaruhi IHSG yaitu ada investor institusi yang mengekspresikan niatnya untuk mengurangi investasi di pasar modal," kata Yunita.
Sebelumnya, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS TK) menyatakan akan mengurangi porsi saham dan reksadana dalam portofolio investasinya guna meminimalisir risiko fluktuasi pasar yang kini menyebabkan kerugian yang belum terealisasi atau unrealized loss pada dana kelolaannya.
Dari sisi aset, BPJS TK akan melakukan perubahan dari saham dan reksadana ke obligasi dan investasi langsung sehingga bobot instrumen saham dan reksadana di portfolio BPJS TK akan semakin mengecil.
Baca juga: BEI: Pasar modal dan saham syariah bakal terus tumbuh
Baca juga: OJK ungkap tantangan keuangan syariah, mulai dari SDM hingga inovasi
Baca juga: OJK terbitkan aturan dukung bank digital tahun ini
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021