Kementerian Kelautan dan Perikanan menggandeng enam pemerintah daerah yaitu Kabupaten Takalar, Pemalang, Kutai Kertanegara, Sumbawa, Aceh Timur, dan Kabupaten Aceh Tamiang untuk merevitalisasi tambak udang yang terbengkalai.Kesepakatan dijalin melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya perikanan budi daya yang berkelanjutan pada keenam kabupaten tersebut, khususnya lahan pertambakan udang yang idle untuk dapat dilakukan r
"Kesepakatan dijalin melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya perikanan budi daya yang berkelanjutan pada keenam kabupaten tersebut, khususnya lahan pertambakan udang yang idle untuk dapat dilakukan revitalisasi menjadi klaster tambak udang yang berkelanjutan," kata Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.
Slamet memaparkan keenam lokasi daerah tersebut merupakan rencana lokasi percontohan klaster udang serta shrimp estate yang akan digarap KKP pada 2021.
Baca juga: KKP: Tambak milenial Jepara berhasil panen parsial perdana udang
Ia menjelaskan bahwa kerja sama ini merupakan bentuk implementasi program prioritas KKP untuk meningkatkan produktivitas lahan budidaya serta meningkatkan produksi komoditas udang, lobster dan rumput laut sebagai komoditas pendulang devisa ekspor.
Slamet juga menambahkan bahwa penandatanganan nota kesepakatan juga bertujuan untuk menjalin kemitraan strategis dalam pembangunan daerah pada bidang perikanan budi daya.
Selain itu, yang merupakan poin penting dari kesepakatan ini adalah sinkronisasi program perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kawasan perikanan budidaya agar dapat berkelanjutan.
"Pembangunan kawasan budi daya berkelanjutan akan dioptimalkan pada kawasan-kawasan yang memiliki potensi tinggi serta memiliki dukungan baik dari masyarakat maupun pemerintah daerah. Dukungan tersebut diharapkan dapat mendorong sistem dan usaha perikanan budi daya yang berbasis komoditas unggulan," ucap Slamet.
Baca juga: Ketua DPD RI dukung pengembangan tambak udang milenial
KKP meyakini bahwa intensifikasi atau memutakhirkan penggunaan teknologi intensif dapat melesatkan produktivitas tambak udang yang ada di berbagai daerah.
"Harapannya dapat di-upgrade produktivitas tambak tradisional melalui input teknologi, sehingga produktivitas bisa ditingkatkan dari semula kurang dari 1 ton/ha/tahun minimal semi intensif dulu yakni berkisar 10 ton/ha/tahun," harap Slamet.
Sebelumnya, KKP membidik peluang pasar ekspor udang sebesar dua juta ton melalui pengoptimalan tambak-tambak terlantar di seluruh Indonesia.
"Saat ini volume pasar ekspor masih 857 ribu ton. Kami menargetkan dua juta ton per tahun pada 2024," kata Kepala Badan Riset dan Sumber Daya KKP Sjarief Widjaja dalam paparan ilmiah Rakernas Hipmi di Jakarta, Sabtu (6/3).
Kondisi budi daya udang di Indonesia saat ini bertumpu pada sistem budi daya intensif, semi intensif, dan tradisional dengan luas lahan 300 ribu hektare yang memproduksi 857 ton udang per tahun.
Proyeksi budi daya tahun 2024 dengan target dua juta ton terletak pada lahan tambak seluas 311 ribu hektare. Pemerintah menggaet minat swasta untuk terlibat membangun tambak-tambak modern menggunakan sistem progresif, terintegrasi silvofisheries, maupun millenial shrimp farming.
Nilai produk pasar perikanan dunia saat ini tercatat mencapai 162 miliar dolar per tahun. Pasar udang adalah yang terbesar dengan nilai 24 miliar dolar AS. "Indonesia berada di posisi ketujuh dunia, ekspor udang 239 ribu ton dengan nilai pasar 2 miliar dolar AS," kata Sjarief Widjaja.
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021