"Orientasi riset harus ada nilai bisnisnya, harus bisa menghasilkan uang bagi masyarakat atau yang menggunakan hasil riset itu," kata Direktur Pengembangan Teknologi Industri Kemenristek/BRIN Hotmatua Daulay, dalam ramah-tamah dengan civitas akademika Unram di Mataram, Jumat.
Selama ini, menurut dia, hasil riset perguruan tinggi hanya tersimpan di perpustakaan universitas dan hanya sebagian kecil yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi masyarakat.
Padahal nilai anggaran yang dikeluarkan pemerintah untuk kebutuhan riset relatif tinggi setiap tahunnya.
Untuk itu, kata Hotmatua, perguruan tinggi dituntut melakukan kerja sama dengan dunia industri atau pihak ketiga yang akan menggunakan hasil riset tersebut. Dengan demikian, anggaran yang digunakan tidak hanya berasal dari APBN, tetapi juga bisa dari kalangan swasta.
"Kalau sebelumnya hasil riset itu hanya memenuhi perpustakaan, ke depan harus bisa digunakan untuk menghasilkan uang bagi pengguna riset itu, termasuk bagi masyarakat," ujarnya.
Rektor Unram Prof Lalu Muhammad Husni mengatakan para peneliti di kampusnya sudah didorong untuk melakukan riset berorientasi ekonomi.
Ia menyebutkan riset berbasis ekonomi dan kesehatan yang sudah dilakukan peneliti Unram adalah penelitian swab antibodi dan antigen yang melibatkan rumah sakit milik pemerintah daerah.
Unram bersama dengan Laboratorium Hepatika Bumi Gora NTB telah berhasil menciptakan alat rapid test antigen yang diberi nama "Enram".
"Kami juga fokus melakukan riset di bidang pertanian dengan memanfaatkan anggaran dari pemerintah dan lembaga mitra," katanya.
Pewarta: Awaludin
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021