Jackson dan jaket pemberian presiden

9 April 2021 21:23 WIB
Jackson dan jaket pemberian presiden
Jackson berpose menggunakan jaket bomber pemberian Presiden Joko Widodo di Desa Nelelamadike, Flores Timur, NTT, Jumat (9/4/2021). ANTARA/Andi Firdaus/am.
"Jackson," demikian ucapan singkat seorang pemuda saat memperkenalkan namanya kepada para wartawan di lokasi bencana alam tanah longsor Desa Nelelamadike, Kecamatan Ile Boleng, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Pemuda berpostur tegap dan berkulit gelap itu menjadi satu-satunya penduduk di kaki Gunung Ile Boleng yang terpilih oleh Presiden Joko Widodo sebagai penerima cendera mata khusus, berupa jaket bomber.

Meski sedikit kedodoran di bagian ujung lengan, jaket warna coklat muda polos itu membuat Jackson terlihat gagah.

Jaket itu diberikan langsung oleh Presiden saat meninjau situasi penanganan bencana tanah longsor yang menewaskan 71 penduduk serta lima orang lainnya lenyap pada Ahad (4/4) dini hari.

Beberapa saat setelah Presiden meninggalkan Desa Nelelamadike, giliran Jackson jadi sorotan para pewarta yang penasaran dengan cerita di balik pemberian jaket dari orang nomor satu di Indonesia itu.

Wartawan bertanya bagaimana ceritanya sampai dia mendapatkan jaket dari Presiden Jokowi.

Tak banyak pernyataan yang diucap Jackson untuk wartawan. Kepalanya mendongak dengan alis berkerut. Sekuat tenaga dia menahan bulir air agar tidak keluar dari bola matanya yang kian memerah.

Beberapa warga pun merangkul pundak Jackson seraya meminta dia untuk segera menceritakan usahanya membangunkan penduduk Nelelamadike saat lumpur setebal tujuh meter dan bebatuan menghantam kampung.

Jackson bukan bagian dari penduduk Kampung Lamanele di Desa Nelelamadike. Warga setempat menyebutnya penduduk dari desa sebelah. Sudah 22 tahun dia tinggal bersama sang nenek di Pulau Adonara Timur. "Mama saya di Malaysia," katanya.

Kisah itu dimulai saat penduduk Lamanele sedang tertidur lelap, sesaat setelah mereka disibukkan dengan perayaan Malam Paskah.

Jackson yang kebetulan melintas di lokasi kejadian, menyadari ada sesuatu yang tidak beres saat lumpur merambat cepat hingga ke bagian lutut. Ia tak lantas berlari menyelamatkan diri.

Keputusannya saat itu adalah mendekat ke sebanyak mungkin pintu dan jendela rumah penduduk untuk membangunkan mereka yang sedang tertidur. "Ada yang saya kenal, ada juga yang tidak," katanya, saat ditanya pintu rumah siapa saja yang dia gedor.

Hanya sedikit orang yang berhasil dia bangunkan saat itu karena lumpur begitu kuat menjerat langkahnya untuk terus bergerak. Mereka yang tetap terlelap, akhirnya meninggal terkubur hidup-hidup.

"Saya membangunkan orang-orang. Ada 13 pintu yang saya gedor malam itu, tapi tidak semuanya sekarang hidup," kata Jackson mengakhiri obrolan.


Potensi longsor

Desa Nelelamadike, Kecamatan Ile Boleng, Kabupaten Flores Timur, berada di kaki Gunung Api Ile Boleng di ketinggian yang bervariasi antara 140 - 300 m dpl. Jaraknya sekitar satu jam perjalanan darat menuju ke timur Pulau Adonara dari Dermaga Waiwerang Kota.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menginformasikan desa berpopulasi 645 jiwa itu beriklim tropis dengan rata-rata kemarau yang panjang sehingga vegetasi yang tumbuh di daerah tersebut sangat jarang.

Terdapat alur sungai yang melewati Desa Nelelamadike, akan tetapi jarang terdapat aliran airnya mengingat daerah tersebut memiliki kemarau yang panjang.

Di sekitar alur sungai juga teramati banyak terdapat permukiman penduduk sehingga berpotensi terdampak banjir apabila terjadi curah hujan yang sangat tinggi.

Lokasi desa Nelelamadike pada area lereng gunung yang curam dengan sedikit vegetasi, cukup rawan dan berpotensi longsor.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengemukakan sejumlah desa di kaki Gunung Ile Boleng perlu mewaspadai kondisi "kipas aluvial" yang berpotensi memicu banjir bandang susulan.

Menurut Dwikora, yang lebih penting lagi di atas itu dikhawatirkan skenario terburuk endapannya belum turun semua., karena masih ada sedimentasi di atas.

Kipas aluvial adalah endapan yang terbentuk karena kumpulan serta susunan material bongkahan hingga pasir di lereng gunung yang sering mengalami erosi. Penyebabnya bisa karena lereng runtuh dari atas gunung.

Peringatan dini bencana alam susulan disampaikan BMKG secara berturut sejak 28 Maret, 31 Maret, dan 1 hingga 2 April 2021. Sebab banyak terdapat perkampungan penduduk di sekitar bantaran sungai kaki gunung.

Hasil monitoring BMKG di lapangan dalam beberapa hari terakhir melaporkan banjir bandang yang melanda kawasan setempat bersumber dari lereng atas Gunung Ile Boleng.

"Ini fenomena yang sudah beberapa kali terjadi di Indonesia. Ada kesamaan dengan banjir bandang yang lampau. Misalnya yang terjadi di Wasior Papua Barat, Taman Nasional Gunung Leseur Aceh, Sentani Jayapura, dan sejumlah lokasi lainnya," katanya.

Sebelum terjadi hujan ekstrem di Kabupaten Flores Timur, kata Dwikorita, kipas aluvial telah terpantau muncul di bagian hulu atas bagian lembah Ile Boleng.

Peristiwa tanah longsor diduga kuat berkaitan dengan gempa berkekuatan magnitudo (M) 4,1 yang terekam alat BMKG beberapa saat sebelum bencana datang. "Karena hampir semua kejadian banjir bandang diawali dengan gempa berkekuatan rendah. Analisis sementara kami, dapat memicu runtuhnya batu di atas dan menyumbat lembah di atas," katanya.


Korban

Penduduk Nelemaladike umumnya berprofesi sebagai pengusaha kafe, SPBU, hingga dosen, kata penduduk sekitar.

Saat itu mereka pasti lelah setelah merayakan Malam Paskah. "Rumah mereka besar-besar. Kalau saya rasa mereka itu orang-orang kaya," kata penduduk dari Desa Muda, Adonara Timur, Hugosius (43).
Presiden Joko Widodo memberikan jaket bomber kepada Jackson saat berkunjung ke Desa Nelelamadike, Flores Timur, NTT, Jumat (9/4/2021). (ANTARA/HO-Huller Chosmas)

Ketua Tim Posko Nelelamadike Servulus Satel Demoor melaporkan Kampung Lamanele merupakan kawasan terparah yang diterjang tanah longsor bila dibandingkan tiga desa lainnya di Kecamatan Nelelamadike.

Tidak kurang 55 penduduk setempat meninggal diterjang tanah longsor, satu lainnya masih dalam proses pencarian hingga Jumat siang. Warga yang luka-luka sebanyak 34 orang.

Korban meninggal dari kelompok bayi dan balita sebanyak delapan orang, kelompok anak-anak tujuh orang, kelompok remaja enam orang, dewasa sebanyak 19 orang serta lansia 16 orang.

Tanah longsor disertai terjangan bebatuan dari lereng Gunung Ile Boleng juga merusak total 50 dari total 318 rumah warga Nelelamadike, sepuluh unit di antaranya rusak berat, sembilan unit rusak ringan dan 31 unit tertimbun tanah longsor dan batu.

Ribuan penduduk yang kini kehilangan tempat tinggalnya mengungsi di sepuluh tempat penampungan sementara yang tersebar di Kecamatan Ile Boleng.

"Lokasi pengungsian ada di SDN Nelelamadike, Balai Desa Nelelamawangi 1 dan 2, rumah warga Nelelamadike, Desa Neleblolong, Desa Duablolong, Desa Lewopao, Desa Lewat, Desa Watomae, dan Desa Harubala," kata Servulus.

Raut sedih dari wajah Jackson sepertinya terjawab sudah. Betapa berat membayangkan kembali peristiwa kelam yang dia alami di depan mata. Semoga jaket bomber pemberian Presiden menjadi penanda jasa dari sosok seorang kesatria.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021