Selama periode itu, ia bersama rekan guru yang lainnya merasa aman-aman saja, tidak pernah mengalami tindak kekerasan bahkan terlibat perselisihan dengan warga setempat.
"Selama ini kami aman-aman saja di sana, tiba-tiba terjadilah kejadian ini. Selama ini kami semua dekat dengan masyarakat," kata Junaedi saat ditemui di halaman ruang jenazah RSUD Mimika, Sabtu.
Situasi Beoga yang cukup aman dan tenteram itu berubah drastis beberapa hari belakangan menjadi daerah yang mencekam karena kehadiran Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang dilaporkan terdesak dari wilayah Intan Jaya, hendak menyeberang ke Ilaga, namun terlebih dahulu singgah di lembah Beoga.
Hanya dalam dua hari, yaitu pada Kamis (8/4) dan Jumat (9/4), dua orang guru yang bertugas di wilayah itu meregang nyawa.
Kejadian pertama menimpa almarhum Oktovianus Rayo (42). Guru kontrak yang sudah 10 tahun bertugas di SD Kelmabet, Distrik Beoga itu didatangi sejumlah anggota KKB saat sedang menjaga kiosnya yang menjual aneka bahan kebutuhan pokok.
Kios milik almarhum Oktovianus berada dalam kompleks perumahan guru SMP Negeri 1 Beoga, tempat isterinya bertugas.
Tanpa tedeng aling, kelompok separatis bersenjata itu melepaskan dua kali tembakan ke arah rusuk korban hingga korban rubuh bersimbah darah dan meninggal dunia seketika.
Konon khabarnya, isteri dan anak korban sempat merayap di lantai rumah agar tidak ikut menjadi korban, lalu lari menyelamatkan diri ke Kantor Koramil Ilaga.
Adapun jenazah almarhum Oktovianus kemudian dievakuasi oleh masyarakat setempat ke Puskesmas Beoga.
Saat jenazah almarhum Oktovianus disemayamkan di Puskesmas Beoga, menunggu untuk dijemput oleh pesawat untuk diterbangkan ke Timika, Junaedi dan rekan-rekan guru yang lain hadir untuk melayat dan mendampingi isteri dan anak korban.
Melihat kondisi jenazah almarhum Oktovianus sudah mulai membengkak dan mengeluarkan cairan, Junaedi mengajak Yonathan Randen, guru kontrak yang sudah lebih dari dua tahun bertugas di SMP Negeri 1 Beoga untuk mengambil terpal di rumah Junaedi yang berada di ujung landas pacu Bandara Beoga.
Maksdunya, terpal itu akan digunakan untuk membungkus jenazah almarhum Oktovianus. Dengan sepeda motor, keduanya pun bergegas menuju rumah Junaedi.
Baca juga: Jenazah 2 guru korban penembakan KKB dievakuasi ke Timika
Saat hendak kembali ke Puskesmas, keduanya diberondong tembakan membabi buta oleh KKB yang bersembunyi di balik semak-semak.
"Setelah kami mau pulang, tepat di depan rumah, kami ditembak. Saya tidak melihat orang yang menembak kami. Saat mendengar bunyi tembakan, saya lari ke arah kanan, sedangkan korban lari ke arah kiri. Tapi sepertinya saat bunyi tembakan itu korban terkena di bagian dada kiri dan dada kanan. Korban masih sempat lari sekitar lima meter sebelum jatuh," tutur Junaedi.
Ia tidak menyangka bisa selamat dari peristiwa itu. "Puji Tuhan saya masih bisa lolos dan selamat," ujar Junaedi.
Dalam kondisi panik setelah mendapat serangan mendadak, Junaedi pun berupaya menyelamatkan diri dengan bersembunyi di semak-semak.
"Saya sempat merayap sekitar 30 menit di semak-semak. Setelah situasi aman, saya sempat bersembunyi di rumah penduduk, namun karena merasa kurang nyaman saya lari lagi dan kembali bersembunyi sekitar dua jam," kata Junaedi.
Ia baru berani keluar dari tempat persembunyiannya saat mendengar suara orang-orang yang datang mengevakuasi jenazah almarhum Yonathan Randen.
Petugas dari Koramil dan Polsek Beoga yang mendatangi lokasi penembakan almarhum Yonathan Randen sempat mengira Junaedi telah diculik oleh KKB lantaran tidak menemukan keberadaannya saat mendobrak pintu rumah Juanedi.
"Petugas sempat dobrak pintu mencari saya. Anggota pikir saya diculik, padahal saya melarikan diri untuk bersembunyi. Jadi kalau ada yang mengatakan saya diculik, itu tidak benar," ujarnya.
Baca juga: Kapolda Papua: Guru korban penembakan KKB di Beoga bertambah
Sekolah dibakar
Menyinggung tentang informasi bahwa KKB juga membakar gedung sekolah SD Jambul, SMP Negeri 1 Beoga dan SMA Negeri 1 Beoga serta perumahan guru, Junaedi mengatakan berdasarkan informasi yang diterimanya saat berada di Koramil Beoga, tidak semua bangunan sekolah itu dibakar.
"Saya tidak pergi ke lokasi kejadian sehingga tidak tahu persis bagaimana kondisi yang sebenarnya di sana. Tapi menurut informasi yang saya terima, yang dibakar hanya rumah guru di SMP Negeri 1 Beoga ada empat kopel dan juga gedung sekolah yang rencananya mau ditempati SMA," ujarnya.
Saat ini, katanya, aparat keamanan TNI dan Polri masih terus bersiaga di Beoga untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi lagi penyerangan oleh KKB.
"Sampai sekarang masih siaga. Dari kemarin kami mau turun ke Timika tapi karena pesawat tidak ada yang berani terbang ke sana, makanya hari ini baru kami bisa terbang ke Timika sekaligus mengevakuasi jenazah kedua rekan guru yang meninggal. Puji Tuhan tadi pesawat bisa masuk ke Beoga dan kami semua bisa keluar dari sana dengan kondisi selamat," ucapnya.
Jenazah almarhum Oktovianus dan Yonathan pada Sabtu siang dievakuasi dari Beoga menuju Bandara Mozes Kilangin Timika dengan penerbangan Dabi Air, milik Pemkab Puncak.
Almarhum Yonathan meninggalkan seorang isteri dan dua orang anak yang saat ini berada di Kabupaten Tanah Toraja, Sulawesi Selatan.
Ikut dievakuasi bersama kedua jenazah yaitu isteri dan anak almarhum Oktovianus.
Menurut Junaedi, saat ini guru yang bertugas di SMP Negeri 1 Beoga berjumlah 11 orang, semuanya merupakan warga pendatang dari luar Papua.
Semua guru-guru yang tidak ikut dievakuasi ke Timika sampai saat ini masih mengungsi di Kantor Koramil Beoga untuk mengamankan diri.
Baca juga: TNI-Polri buru KKB pembunuh guru di Beoga
Adapun jenazah almarhum Oktovianus dan Yonathan rencananya akan disemayamkan di rumah duka di Gang Tanete Jalan Budi Utomo, Kelurahan Inauga dan Jalan C Heatubun, Kelurahan Kwamki, Timika.
Selanjutnya jenazah kedua guru, pahlawan tanpa tanda jasa itu akan diberangkatkan ke Toraja untuk dikebumikan di kampung halaman mereka masing-masing yaitu di Takparan dan Koya Sa'kung.
"Informasi dari keluarga mungkin kami akan lanjutkan perjalanan ke Toraja untuk membawa pulang jenazah kedua korban. Kami berharap proses ini bisa secepatnya mengingat kondisi jenazah korban penembakan pertama sudah beberapa hari, sementara saat berada di Puskesmas Beoga tidak diberi formalin," kata Junaedi.
Pewarta: Evarianus Supar
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2021