• Beranda
  • Berita
  • Normalkah bila rasa lapar datang lagi setelah 2-4 jam sahur?

Normalkah bila rasa lapar datang lagi setelah 2-4 jam sahur?

13 April 2021 12:00 WIB
Normalkah bila rasa lapar datang lagi setelah 2-4 jam sahur?
Ilustrasi (Pixabay)
Dokter spesialis gizi klinik lulusan Universitas Hasanuddin, Makassar, Tirta Prawita Sari menjelaskan kondisi yang terjadi dalam tubuh saat Anda berpuasa, termasuk alasan terkadang merasa lapar 2-4 jam setelah makan sahur. 

Menurut Ketua Yayasan Gerakan Masyarakat Sadar Gizi itu, rasa lapar yang muncul setelah 2-4 jam setelah sahur biasanya karena makanan ada dalam tubuh mulai habis dan insulin dalam tubuh turun.

Menurut dia, ada hormon yang kemudian memberitahu otak kalau lambung sudah kosong dan menuntut untuk diisi. 

Sebagai bentuk respon setelah empat jam ini, tubuh mengeluarkan cadangan berupa glikogen yang biasanya tersimpan dalam tubuh tergantung jenis dan kuantitas makanan Anda. 
 
"Saat sahur, 2-4 jam kemudian merasa lapar. Ini penanda makanan habis, insulin turun lagi. Ada hormon yang memberitahu otak bahwa lambung sudah kosong dan menuntut untuk diisi. Setelah 4 jam responnya, mengeluarkan cadangan yakni glikogen. Cadangan ini biasanya habis dalam 12 jam, setelah itu glukagon berkerja mencari dan memecahkan cadangan energi dari sumber lainnya dan paling banyak sekali dalam tubuh adalah lemak," tutur Tirta dalam sebuah diskusi awam belum lama ini, ditulis Selasa.  

Saat puasa memasuki 10 jam lemak mulai dipecah sehingga kadarnya akan mulai meningkatt dan dua jam kemudian atau kondisi 12 jam berpuasa sampai pada titiknya. 

Inilah alasan Anda merasa ada gelombang lapar, kemudian normal lagi, kembali lapar lalu merasa baik-baik saja dekat-dekat waktu berbuka puasa..

"Karena setelah 12 jam asam lemak yang menjadi pecahan sumber energi mulai mencapai puncak sehingga energi lagi bagus-bagusnya makannya segar lagi," kata Tirta.  

Baca juga: Daftar makanan super untuk sahur agar puasa tahan lapar

Baca juga: Benarkah lapar saat puasa bikin mudah marah?


Tirta mengatakan, berpuasa diyakini dapat mengobati resistensi ini, menyebabkan insulin yang tadinya resisten menjadi sensitif kembali sehingga keseluruhan proses metabolisme dalam tubuh bekerja lebih baik. Insulin yang resisten merupakan masalah dan menjadi penyebab kejadian peradangan dalam tubuh. 

Di sisi lain, kegiatan yang menjadi rutinitas umat Islam selama Ramadhan itu juga bisa menjadi sarana detoksifikasi mengatasi bad habit misalnya merokok, kopi berlebihan dan bahan-bahan kimia yang sifatnya stimulatif. 

"Berpuasa juga merupakan salah satu modalitas yang kita pakai untuk mengatasi masalah-masalah inflamasi dan lainnya. Pemain penting dalam tubuh yang menjadi penyebab berbagai faktor inflamasi yakni insulin dan ladar gula darah. Keduanya back to back, ketika gula darah naik insulin juga akan naik," demikian kata Tirta. 

Terkait menu sahur dan berbuka

Poin terpenting saat berbuka puasa dan sahur memastikan kebutuhan zat gizi harian terpenuhi pada waktu sahur dan berbuka puasa. Anda perlu mengetahui kebutuhan energi total dalam sehari dan komposisi zat gizi makro Anda. 

Perhitungan umumnya yakni rata-rata setengah dari kebutuhan energi berasal dari karbohidrat, 30 persen dari lemak, dan 15 persen dari protein. Kemudian, memilih jenis lemak yang baik dan mengurangi goreng-gorengan akan membuat tubuh lebih bugar. Pastikan sumber karbohidrat berasal dari bahan karbohidrat kompleks dan sedapat mungkin hindari karbohidrat sederhana, seperti gula dan sirup. 

Tirta menyarankan menu sahur lengkap gizi dengan protein dan serat yang cukup, mengandung lemak baik, seperti alpukat, dan upayakan tanpa pengolahan makanan dengan digoreng, juga kurangi makanan yang tinggi garam karena dapat membuat Anda lebih haus ketika berpuasa. 

Anda tidak perlu terlalu banyak mengonsumsi menu sahur, 30 – 40 persen dari kebutuhan energi harian sudah cukup. 

Pada saat berbuka puasa sebaiknya utamakan mengonsumsi buah-buahan dan pastikan asupan serat cukup. Buah kurma sangat baik untuk menu berbuka puasa, begitu pula buah-buahan lainnya. Anda bisa mengonsumsi buah potong dan tiga butir kurma saat berbuka. 

"Buah-buah ini tidak perlu dibuat dalam bentuk jus. Kurma dapat juga dicampur di dalam oatmeal dan susu almond, menjadi overnight oats atau Anda juga bisa menambahkan kacang-kacangan agar semakin lengkap proteinnya," kata Tirta. 

Bila ada waktu, Anda dapat juga membuat kue dari oat dengan tambahan kurma untuk memberikan unsur manis, atau tambahan madu atau stevia cair. 

Namun terlepas dari semua itu, semakin sederhana cara pengolahannya, maka semakin baik, karena Anda dapat terhindar dari penambahan kalori dari bahan-bahan lainnya.

Tirta mengingatkan Anda juga perlu memastikan asupan cairan terpenuhi selama berpuasa karena Anda dapat saja mengalami dehidrasi ringan sampai sedang. Pastikan Anda memenuhi kebutuhan cairan saat berbuka dan sahur. 

Dia menyarankan Anda memenuhi mayoritas kebutuhan cairan saat berbuka hingga menjelang tidur. Saat sahur, Anda dapat penuhi cairan sekitar 750 mililiter cairan dan sisanya dapat dipenuhi saat berbuka hingga menjelang tidur. 

"Jangan minum langsung dalam jumlah banyak sekaligus ya. Minumlah secara bertahap, sering berwudu, dan basahi wajah dan kulit lainnya agar kulit tidak kering," demikian pesan Tirta.

Selain asupan cairan, sebaiknya kurangi aktivitas berat yang dilakukan secara outdoor atau di ruang terbuka dan terkena panas matahari. Tetapi ini tak berarti Anda melewatkan latihan fisik walaupun sedang berpuasa. 

Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) sekaligus staf pengajar di Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI, Listya Tresnanti Mirtha mengingatkan Anda menerapkan prinsip BBTT yakni akronim dari Baik, Benar, Terukur dan Teratur saat melakukan latihan fisik. 

Prinsip "Baik yaitu latihan dimulai sejak dini sesuai dengan kondisi fisik medis, tidak menimbulkan dampak yang merugikan, serta mampu laksana. Prinsip "Benar yaitu latihan dimulai secara bertahap, diawali dengan pemanasan 10-15 menit, latihan inti 20-60 menit dan diakhiri dengan pendinginan 5-10 menit. 

Prinsip "Terukur yaitu denyut nadi maksimal 220-usia, dan peningkatan secara bertahap. Kemudian prinsip "Teratur" yaitu latihan dilakukan secara teratur, 2 kali/minggu untuk awal, 3-4 kali/minggu untuk lanjutan dengan selang 1 hari untuk pemulihan.  

"Dengan membuat tubuh tetap aktif bergerak selama berpuasa akan menjaga kebugaran tubuh dan dapat memelihara produktivitas. Bergerak saat puasa justru dapat mengurangi fatigue/ kelelahan, dibandingkan dengan hanya bermalas-malasan yang justru membuat tubuh lelah," kata Tata.

Dia merekomendasikan Anda melakukan latihan fisik yang lebih ringan saat berpuasa ketimbang bulan-bulan lainnya dan diutamakan yang sifatnya kardiorespirasi. Untuk waktu, Anda bisa melakukannya menjelang berbuka puasa atau setelah shalah Subuh.

Baca juga: Saran ahli kesehatan jika masih lapar usai berbuka puasa

Baca juga: Tips tetap kenyang saat Ramadhan

Baca juga: Puasa tidak sekedar menahan lapar

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021