Pembawa obor Olimpiade rencananya berlari di jalanan di pulau utama Okinawa selama dua hari yang dimulai pada 1 Mei, namun penyelenggara kini mempertimbangkan alternatif untuk menggelar kirab dengan tanpa penonton, menurut pejabat, seperti dilaporkan Kantor Berita Kyodo, Kamis.
Pekan lalu, pemerintah Jepang menyebut Okinawa sebagai wilayah yang membutuhkan tindakan lebih kuat untuk melawan COVID-19 di tengah meningkatnya kasus COVID-19. Gubernur Okinawa Denny Tamaki mengatakan akan mempertimbangkan untuk mengurangi estafet karena COVID-19 yang semakin memburuk.
Baca juga: Kasus COVID-19 naik, kirab obor Olimpiade di Ehime Jepang dibatalkan
Baca juga: Kirab obor Olimpiade di Osaka berlangsung di taman tanpa penonton
Kirab obor Olimpiade, yang dimulai akhir bulan lalu, ditiadakan dari jalanan umum di Prefektur Osaka dan di Matsuyama, Prefektur Ehime. Jumlah penonton di pinggir jalan telah menjadi perhatian di tengah pandemi.
Penyelenggara kirab obor Okinawa juga sedang berdiskusi apakah pembawa obor akan berlari di jalan umum di tiga kota di pulau lain di prefektur tersebut.
Jepang telah mengkonfirmasi peningkatan jumlah kasus COVID-19 dalam beberapa hari terakhir, dan telah bergulat dengan apa yang para ahli kesehatan gambarkan sebagai "gelombang keempat" pandemi. Olimpiade akan dibuka dalam waktu kurang dari 100 hari.
Kirab obor Olimpiade 121 hari dijadwalkan untuk melintasi 47 prefektur Jepang sebelum upacara pembukaan Olimpiade pada 23 Juli.
Baca juga: Sekjen LDP: Pembatalan Olimpiade bisa jadi opsi jika COVID-19 memburuk
Baca juga: 100 hari menuju Olimpiade, Tokyo janji serius tangani COVID-19
Baca juga: Panpel Tokyo 2020 berencana siapkan 300 kamar hotel untuk isolasi
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2021