"Sekiranya ada informasi siklon tropis dari BMKG, kita harus selalu memperhatikan peringatan dini itu," ujar Plt Direktur Pemetaan dan Evakuasi Risiko Bencana BNPB, Abdul Muhari dalam konferensi pers daring tanggap darurat bencana Siklon Tropis Seroja yang dipantau di Jakarta, Kamis.
Ia menyampaikan bahwa tanda-tanda khusus yang bisa dilihat dari alam adalah terjadinya hujan dengan intensitas tinggi.
"Kita bisa mengenali hujan dengan intensitas tinggi, yaitu kalau kita keluar rumah dan tidak bisa melihat objek untuk jarak 20 - 30 meter, maka itu adalah hujan intensitas sangat tinggi," ujarnya.
Ia menambahkan, jika itu terjadi lebih dari satu jam berturut-turut, maka masyarakat harus waspada dengan situasi seperti itu.
"Masyarakat harus menghindar dulu karena dikhawatirkan mungkin di hulu terjadi luncuran batuan yang bisa berakibat fatal," ucapnya.
Secara terpisah, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab menyampaikan bahwa Siklon Tropis Surigae, yang sudah berkembang menjadi topan, bergerak menjauhi wilayah Indonesia, namun bisa menimbulkan dampak tidak langsung ke sebagian wilayah Indonesia.
"Topan Surigae tidak akan melewati wilayah Indonesia. Arah geraknya adalah barat laut menjauhi wilayah Indonesia," katanya.
Siklon Tropis Surigae merupakan perkembangan dari bibit siklon 94W yang tumbuh di kawasan perairan Pasifik Barat, sebelah utara Papua, sejak 12 April 2021.
Menurut Tropical Cyclone Warning Center BMKG, pada pukul 08.57 WIB Surigae berada di koordinat 8,6 LU dan 136,5 BT atau sekitar 1.090 km sebelah utara Biak dan bergerak menuju barat daya dengan kecepatan 1 knot (2 km/jam) menjauhi wilayah Indonesia.
Namun siklon tersebut diprediksi semakin kuat dalam 24 jam mendatang dan bergerak menuju barat laut menjauhi wilayah Indonesia dengan kecepatan maksimum 60 knot (110 km/jam).
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021