Houston Rockets menjalin kerja sama dengan FBI untuk menyelidiki kasus kejahatan siber berupa temuan perangkat lunak yang telah dipasang secara paksa di dalam sistem internal tim NBA tersebut untuk tujuan pemerasan (ransomware).
“Baru-baru ini kami mendeteksi adanya aktivitas yang mencurigakan dalam sistem jaringan internal kami. Kami pun langsung melakukan penyelidikan,” kata Houston Rockets dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari Reuters, Kamis.
“Perangkat keamanan internal kami sebetulnya bisa mencegah ransomware, namun untuk beberapa sistem tertentu, perangkat kami tidak mampu mencegahnya,” tulis Houston Rockets.
Baca juga: Toronto Raptors taklukkan San Antonio Spurs 117-112
Pada Rabu, Rockets menerima laporan yang menyebutkan pelaku tindak kejahatan itu mengklaim telah mendapatkan informasi terkait bisnis internal tim NBA tersebut.
“Penyelidikan masih terus berjalan, namun peristiwa itu tidak berdampak langsung terhadap operasional kami, termasuk para pemain, staf dan juga para penggemar kami,” kata Houston Rockets.
Meski demikian, Rockets belum dapat menilai kerugian dari tindak kejahatan siber tersebut secara keseluruhan sampai penyelidikan itu selesai.
Namun, Rockets berjanji akan segera memberitahu siapa saja yang terkena dampak dari kejahatan tersebut jika pihaknya menemukan adanya kebocoran data.
Sementara itu, Bloomberg melaporkan pada Rabu lalu adanya sekelompok penyintas, dengan nama Babuk, yang mengklaim telah mencuri 500 gigabyte data milik Houston Rockets, termasuk kontrak pemain, berbagai perjanjian dan juga data keuangan.
Berdasarkan laporan dari Bloomberg tersebut, Babuk ditemukan pada awal tahun ini, dan telah menjadi ancaman bagi setidaknya lima perusahaan besar, termasuk satu korban yang terpaksa membayar sebesar 85.000 dolar AS setelah negosiasi.
Baca juga: NBA tunda laga Minnesota menyusul insiden penembakan Daunte Wright
Baca juga: Hujan lemparan tiga angka warnai kemenangan Suns atas Rockets
Pewarta: Rr. Cornea Khairany
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2021