• Beranda
  • Berita
  • Gangguan Tidur Tanda Kegemukan Perempuan Setengah Baya

Gangguan Tidur Tanda Kegemukan Perempuan Setengah Baya

5 Juli 2010 14:29 WIB
Gangguan Tidur Tanda Kegemukan Perempuan Setengah Baya
(grafis)
Jakarta (ANTARA News) - Kaum perempuan mesti berusaha untuk tidak memikirkan jika mereka terbangun pada malam hari, sebab gangguan tidur berarti sangat mungkin lantaran berat mereka akan bertambah!

Seakan-akan bertambahnya usia belum cukup berat; penelitian baru memperlihatkan bahwa perempuan yang berusia setengah baya atau lebih yang memiliki masalah untuk tidur atau tetap lelap mungkin mengumpulkan berat dibandingkan dengan sebaya mereka yang beristirahat dengan baik.

Sejumlah studi telah mendapati bahwa orang dewasa dan anak-anak yang kurang tidur lebih mungkin untuk kelebihan berat dibandingkan dengan mereka yang biasanya beristirahat penuh pada malam hari.

Namun, banyak studi itu menilai orang pada satu saat, jadi sulit untuk mengetahui yang mana lebih dulu, gangguan tidur atau bertambahnya berat badan.

Sedikit studi telah mengikuti perkembangan orang sepanjang waktu, tapi semua studi tersebut tak sependapat mengenai apakah pola tidur yang buruk berkaitan dengan bertambahnya lingkar pinggang.

Temuan baru itu, yang dilaporkan di International Journal of Obesity, memperkuat bukti bahwa gangguan tidur berkaitan dengan bertambahnya berat tubuh. Dalam kasus itu, rancangan studi tersebut memungkinkan para peneliti memperlihatkan bahwa gangguan tidur muncul lebih dulu daripada bertambahnya berat tubuh pada sebagian peserta studi.

Beberapa peneliti Finlandia mengikuti perkembangan lebih dari 7.300 orang dewasa yang berusia 40 sampai 60 tahun selama tujuh tahun. Mereka menemukan bahwa perempuan yang melaporkan gangguan tidur cukup berat biasanya mengalami pertambahan berat dibandingkan dengan perempuan yang tidur dengan baik.

Rata-rata sepertiga perempuan yang sering menghadapi gangguan tidur mengalami pertambahan berat sedikitnya 11 pon, sedangkan pertambahan berat terjadi pada seperlima perempuan yang tak mengalami gangguan tidur.

Namun pria ternyata terbebas dari masalah itu. Gangguan tidur mereka tak berkaitan dengan bertambahnya berat badan.

Kaitan pada perempuan tersebut berlangsung terus bahkan ketika para penyelidik memperhitungkan sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tidur dan bertambahnya berat badan --termasuk berat badan peserta saat studi dimulai, kebiasaan olah raga mereka dan kesehatan mental serta fisik mereka secara umum.

Meskipun temuan itu tak membuktikan sebab-akibat, semuanya meningkatkan kemungkinan bahwa peningkatan kualitas tidur mungkin membantu mencegah bertambahnya berat badan secara mencolok, membuat peneliti Peppi Lyytikainen, dari University of Helsinkin, mengatakan kepada Reuters Health melalui surat elektronik.

Sebanyak 7.332 pria dan wanita di dalam studi tersebut pertama kali disurvei antara 2000 dan 2002. Mereka yang mengatakan mereka memiliki gangguan tidur atau tetap terjaga setidaknya selama 14 malam dalam satu bulan belakangan diklasifikasikan sebagai "sering" mengalami gangguan tidur. Peserta studi itu juga melaporkan berat dan tinggi mereka selama survei pertama, lalu melaporkan lagi lima sampai tujuh tahun kemudian.

Pada awal studi, 20 persen perempuan "sering" memiliki gangguan tidur. Secara keseluruhan, studi tersebut mendapati perempuan itu lebih mungkin untuk melaporkan pertambahan "besar" berat badan --11 pon atau lebih-- pada akhir studi dibandingkan dengan perempuan yang tidur dengan baik.

Namun 17 persen pria yang melaporkan gangguan tidur menghadapi lebih sedikit kemungkinan untuk mengalami pertambahan berat badan dibandingkan dengan mereka yang tak menghadapi kesulitan tidur.

Alasan di balik perbedaan dalam temuan pada laki-laki dan perempuan itu tidak jelas, kata tim Lyytikainen. Namun itu diduga berkaitan dengan kenyataan bahwa studi tersebut meliputi jumlah pria yang lebih sedikit dibandingkan dengan wanita --1.300 berbanding lebih dari 5.700. Itu diperkirakan memiliki dampak potensi di kalangan pria lebih sulit untuk dideteksi.

Namun jenis studi tersebut tak dapat membuktikan dampak sebab-akibat. Dalam studi itu, para peneliti itu mengamati orang dari waktu ke waktu.

Meskipun para peneliti tersebut memperhitungakn sejumlah variabel yang berkaitan dengan tidur dan berat tubuh --seperti kesehatan umum yang dilaporkan dan olah raga serta kebiasaan lain dalam hidup mereka-- mereka tak dapat mengesampingkan kemungkinan bahwa faktor lain selain gangguan tidur bertanggung jawab atas resiko penting yang lebih tinggi dari berat tubuh.

Satu penelitian lain memang menyatakan bahwa gangguan tidur mungkin mempengaruhi tubuh dengan cara yang menambah berat tubuh, kata Lyytikainen.

Misalnya, ada bukti bahwa kekurangan tidur mengubah tingkat hormon pengatur nafsu makan pada manusia --leptin dan ghrelin. Secara teori, perubahan tersebut membuat orang banyak makan.

Namun tak diketahui apakah perawatan insomnia dan gangguan lain tidur memiliki manfaat tambahan bagi lingkar pinggan manusia.
(Uu.Reuters/C003/P003)


Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010