Seperti diketahui bahwa telah terjadi gempa bumi dengan kekuatan 5,1 Skala Richter (SR) pada tanggal 14 April 2021 pukul 13.28.40 WIB dengan pusat gempa berada di Barat Daya Bayah, tepatnya pada kedalaman 59 kilometer di bawah permukaan laut.
Gempa bumi ini diperkirakan diakibatkan oleh pertemuan lempeng tektonik di Samudera Hindia yang terus aktif bergerak. Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA) BPPT Yudi Anantasena menyatakan bahwa kondisi gempa dengan hypocenter yang dalam dan kekuatan kurang dari 6,5 SR tidak memiliki syarat-syarat untuk terjadinya tsunami.
Hal tersebut dibuktikan dan diperkuat dengan tidak adanya alert mode dari Buoy SUN. Buoy SUN selalu siaga memantau kondisi perairan laut selama 24 jam 7 hari nonstop dan setiap 15 menit sekali selalu mengirimkan data ke stasiun penerima di kantor BPPT. Dalam kondisi alert mode, saat terjadi tsunami, buoy akan mengirimkan data setiap 15 detik sekali.
Kepala BPPT Hammam Riza menyatakan bahwa Tim Indonesia Tsunami Early Warning System (INATEWS) BPPT terus bergerak cepat untuk memasang buoy tsunami sebagai bagian dari program penguatan INATEWS yang telah diagendakan BPPT dari Tahun 2020–2024 yang akan datang.
BPPT adalah institusi yang diberi tugas untuk melakukan pengkajian dan penerapan teknologi deteksi dini tsunami mendukung BMKG, dengan berbasis buoy, kabel bawah laut, dan tomografi. BPPT juga mengembangkan kecerdasan buatan pemodelan tsunami untuk melengkai sistem deteksi dini yang ada.
Pengembangan Teknologi Kebencanaan
Perlu diketahui BPPT sebelumnya juga telah memasang satu sistem buoy tsunami di Selatan Bali (Buoy DPS) pada Senin (12/4) pukul 20:30 WIB. Saat ini, Buoy DPS telah dapat mengirimkan data tinggi muka air laut ke stasiun penerima data (Read Down Station) di InaTOC BPPT (Indonesia Tsunami Observation Center), Jakarta menggunakan media satelit.
Pemasangan dan operasionalisasi buoy tsunami Selatan Bali ini merupakan keberhasilan yang ke-3, setelah sebelumnya di selatan Kabupaten Malang (8 Maret 2021) dan selatan Selat Sunda (21 Maret 2021). Kepala BPPT Hammam Riza mengungkapkan keberhasilan pemasangan dan operasionalisasi
Buoy DPS menunjukkan keseriusan dan komitmen BPPT dalam menyediakan sistem pemantauan tinggi muka air laut untuk tsunami di 11 lokasi perairan Indonesia pada 2021 dan sebanyak 13 lokasi hingga tahun 2024. Hammam menilai program deploy Buoy yang telah berjalan sejak 2020 merupakan sebuah keniscayaan dalam membangun sistem mitigasi bencana terintegrasi di Indonesia.
Data dari Buoy akan menjadi bagian dari Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesia Early Warning System/InaTEWS) dalam verifikasi informasi kejadian tsunami kepada masyarakat yang dikirimkan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)," kata Hammam dalam keterangan tertulis, Kamis (15/4).
Ketiga Buoy yang telah dideploy ini merupakan inovasi hasil pengembangan BPPT dan diproduksi oleh PT PAL dalam proses hilirisasi teknologinya. Dengan beroperasinya Buoy DPS membuat Kepala BPPT yakin ekosistem industri nasional dapat terwujud di sektor kebencanaan, terlebih dalam mendukung kemandirian teknologi.
Ia berharap ketiga Buoy yang telah beroperasi ini, dapat memberikan informasi bencana tsunami yang lebih cepat sehingga masyarakat memiliki waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri.
Sebagai informasi pemasangan Buoy DPS ini dilakukan dengan wahana Kapal Riset (KR) Baruna Jaya III yang dikelola oleh Balai Teknologi Survei Kelautan (Balai Teksurla) BPPT.
Pemasangan Buoy Tsunami Selatan Bali ini berhasil dilakukan setelah dua hari kejadian gempa bumi di Samudera Hindia tepatnya daerah selatan Kabupaten Malang pada 10 April 2021.KR Baruna Jaya III BPPT berhasil menempatkan Buoy DPS dengan ocean bottom unit (OBU) pada kedalaman 4282,5 meter, posisi 115o1237.52E, 9o44’22.38S serta pada jarak 112 kilometer dari Kota Denpasar, Bali.
Sukses melakukan deploy buoy di perairan Malang dan Selat Sunda pada awal Bulan Maret 2021, dan dilanjutkan dengan deploy Buoy di Selatan Denpasar, Bali, pada tanggal 12 April 2021, Tim INATEWS BPPT terus akan melanjutkan program deploy buoy hingga terdeploy 11 buoy di berbagai perairan Indonesia sampai dengan akhir tahun ini.
BPPT mengerahkan 15 pusat di BPPT untuk menjamin agar program pengembangan deteksi dini tsunami ini dapat dilakukan dengan cepat dan sukses, demikian disampaikan oleh Direktur Teknologi Pusat Teknologi Reduksi Resiko Bencana dan sekaligus General Manager Program Management Office INATEWS BPPT M Ilyas.
Untuk menyebarkan informasi INATEWS kepada masyarakat, BPPT telah membangun pusat observasi tsunami Indonesia (INATOC) melalui website http://www.inatoc.id/, selain itu juga BPPT telah mengembangkan sistem integrasi informasi kebencanaan dengan nama INDI (Indonesian Network for Detection Information).
Di dalam sistem INDI telah terintegrasi berbagai data kebencanaan dan data-data pendukung lainnya. Masyarakat dapat langsung mengakses informasi yang ada di sistem INDI melalui website dan ikut memantau kondisi kebencanaan di Indonesia. Website INDI dapat diakses di http://indi.bppt.go.id. (INF)
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2021