Menurut Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida, selama periode itu Merapi juga mengalami 29 kali gempa guguran dengan amplitudo 3 sampai 13 milimeter (mm) selama 9 sampai 72 detik, dua kali gempa fase banyak dengan amplitudo 3 mm selama 6 sampai 7 detik, serta satu kali gempa vulkanik dangkal dengan amplitudo 37 mm selama 15 detik.
Selama masa pengamatan, asap tidak terpantau keluar dari puncak kawah Gunung Merapi.
Pada periode pengamatan Minggu (18/4) pukul 18.00 sampai 24.00 WIB, Gunung Merapi mengeluarkan awan panas guguran dengan jarak luncur 1.300 meter dan 15 kali meluncurkan guguran lava pijar pijar dengan jarak luncur maksimal 1.000 meter ke arah barat daya.
Hingga kini BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga.
Guguran lava dan awan panas Gunung Merapi diperkirakan berdampak pada wilayah sektor selatan-barat daya yang meliputi Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.
Jika terjadi letusan, lontaran material vulkanik dari Gunung Merapi dapat menjangkau daerah dalam radius tiga kilometer dari puncak gunung.
Baca juga:
Stupa Candi Borobudur diselimuti agar terlindung dari abu Merapi
Volume kubah lava di tengah kawah Merapi capai 1,68 juta meter kubik
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2021