• Beranda
  • Berita
  • Sulsel prioritaskan bangun enam rumah sakit regional pada TA 2022

Sulsel prioritaskan bangun enam rumah sakit regional pada TA 2022

20 April 2021 11:44 WIB
Sulsel prioritaskan bangun enam rumah sakit regional pada TA 2022
Plt. Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman pada acara Musrembang Regional Sulawesi di Kendari, Sultra. ANTARA/HO/Humas Pemprov Sulsel
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan memprioritaskan pembangunan enam rumah sakit (RS) regional pada tahun anggaran 2022.
 
Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman, dalam keterangannya di Makassar, Selasa, mengatakan selain proyek pembangunan RS regional, juga fokus dalam pemberdayaan ekonomi rakyat melalui hilirisasi komoditas.
 
Selanjutnya siaga ambulans, kualitas internasional pada tiap destinasi wisata, infrastruktur pengembangan untuk mencapai daerah terpencil, dan program anti korupsi birokrasi dan masyarakat sipil dalam pengembangan SDM.
 
Khusus penyelenggaraan jalan yang menjadi salah satu dari lima poin program prioritas Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan melalui pembangunan infrastruktur yang menjangkau daerah terpencil dan pemantapan jalan kewenangan provinsi.

Baca juga: Sulsel siap dukung Kemenkes bangun RS Pusat Otak di Makassar

Baca juga: GTPP COVID-19 Sulawesi Selatan siapkan RS antisipasi lonjakan kasus
 
Ia menjelaskan penyelenggaraan jalan di Sulsel mulai tahun 2018-2020, dilakukan alokasi anggaran senilai Rp891 Miliar, melalui pembangunan jalan (aspal) sepanjang 308 km.
 
Selanjutnya pembukaan jalan sepanjang 128 km, pembangunan jembatan sepanjang 264 m, pemeliharaan jalan sepanjang 7.583 km, dan pemeliharaan jembatan sepanjang 8.468 meter.
 
Menurut dia, Pemprov Sulsel sebelumnya hanya menyiapkan anggaran infrastruktur sekitar Rp200an Miliar.
 
Tapi Pemprov menekankan program kegiatan dari 6.000, kini diperkecil lagi dan sekarang kurang dari 500 program kegiatan.
 
"Dampaknya, program kegiatan lebih terasa di masyarakat. Jika biasanya (infrastuktur) Rp200 miliar, kita bisa melonjak sekitar Rp1 triliun," ujarnya.
 
"Hal itu karena adanya efisiensi dan fokus program tertentu sehingga cabang program yang banyak kita persempit area pergerakannya," ujarnya.*

Pewarta: Abdul Kadir
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021