Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menegaskan Indonesia harus menempatkan ekonomi hijau sebagai tujuan utama dalam transformasi ekonomi.Diperlukan transformasi ekonomi, meningkatkan pertumbuhan, dan mengangkat derajat perekonomian Indonesia dalam jangka menengah dan panjang, tetapi dengan kesadaran dan dorongan global untuk melakukan pemulihan ekonomi yang sifatnya sustainable.
"Diperlukan transformasi ekonomi, meningkatkan pertumbuhan, dan mengangkat derajat perekonomian Indonesia dalam jangka menengah dan panjang, tetapi dengan kesadaran dan dorongan global untuk melakukan pemulihan ekonomi yang sifatnya sustainable," kata Kepala Bappenas Suharso ketika memberikan sambutan dalam acara virtual Indonesia Net-Zero Summit 2021 yang dipantau dari Jakarta, Selasa.
Untuk mencapai kondisi itu, kata Suharso, Indonesia harus menempatkan ekonomi hijau atau rendah karbon sebagai salah satu tujuan utama dalam transformasi ekonomi.
"Skenario kami menunjukkan bahwa ekonomi hijau dan rendah karbon dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di masa mendatang sekaligus mendorong Indonesia keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah," tambahnya.
Baca juga: Sri Mulyani sebut pemulihan harus berlandaskan ekonomi hijau
Demi menyelamatkan generasi emas Indonesia pada 2045 dan ancaman dampak perubahan iklim, perlu didorong kebijakan emisi nol (net-zero emission) atau bebas karbon yang memungkinkan untuk dilaksanakan.
Kebijakan emisi nol itu juga didukung oleh tokoh lingkungan hidup Emil Salim. Menteri Lingkungan Hidup periode 1978-1993 itu mengatakan perlu kebijakan yang didorong adalah negatif emisi.
"Keadaan sekarang bahwa dunia tengah menghasilkan 51 miliar ton gas rumah kaca internasional pada 2021. Maka pengaruhnya jelas pada perubahan iklim bumi karena gas rumah kaca mengakibatkan timbulnya gejala bahwa bumi semakin panas," kata Emil.
Baca juga: Wamen LHK: Ekowisata dapat jadi penggerak ekonomi hijau Indonesia
Karena itu dia mendorong kebijakan yang memastikan pada 2050 tidak ada lagi karbon yang dihasilkan untuk mencegah perubahan suhu.
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021