Deputi Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Bappenas Dr Ir Subandi Sardjoko MSc mengatakan literasi sangat penting terutama dalam menggerakkan perekonomian saat pandemi COVID-19.
“Secara khusus di masa pandemi ini, bagaimana peran literasi sangat penting, tidak hanya soal membaca, tapi juga mengaktualisasikan pengetahuan itu untuk meningkatkan kehidupan,” ujar Subandi dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2020-2024 sudah menempatkan literasi, kreativitas, dan inovasi sebagai pilar penting perwujudan masyarakat Indonesia yang maju dan berdaya saing.
Bappenas juga mendorong gerakan literasi berbasis inklusi sosial, yang mana pengetahuan yang diperoleh dari bahan bacaan bisa langsung dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari guna mendapatkan manfaat ekonomi. Bappenas juga membuat kebijakan melalui Dana Alokasi Khusus, untuk meningkatkan layanan kualitas bacaan di kabupaten dan provinsi.
“Pemerintah menyiapkan infrastrukturnya, dan mendorong pemanfaatan dana desa sesuai sumber daya di desa itu. Literasi bisa menjadi pendorong sumber daya dan memaksimalkan penghasilan masyarakat, disamping penguatan budaya gemar membaca di daerah, terutama di daerah 3T,” sambung Subandi.
Baca juga: Tingkatkan literasi masyarakat, Perpusnas bertransformasi
Selain Perpusnas, Kemendikbud juga aktif menyediakan bahan-bahan bacaan kepada masyarakat. Buku-buku yang disediakan di berbagai ruang baca di daerah juga disesuaikan dengan minat dan sumber daya masyarakat setempat untuk membangkitkan ekonominya.
Ia juga menyampaikan bahwa sekolah saat ini sudah mulai memiliki koleksi buku sastra dan buku-buku ilmu terapan, disamping buku mata pelajaran wajib.
Secara khusus pada masa pandemi ini, Bappenas melihat bahwa peran literasi sangat terlihat, yang mana para ibu memiliki kreativitas mengelola bahan makanan dari sumber daya pangan lokal serta pelatihan daring yang disediakan oleh Perpusnas.
Baca juga: Bappenas: Guru harus aktif tingkatkan budaya literasi di kelas maya
Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando, mengatakan ada empat tingkatan literasi, yang ampuh membantu memulihkan ekonomi dan reformasi sosial, terutama di masa pandemi saat ini.
Tingkatan tersebut yang pertama, tersedianya akses kepada sumber-sumber bahan bacaan baru yang terbaru (up to date). Kedua, kemampuan memahami bacaan secara tersirat dan tersurat. Ketiga, kemampuan menghasilkan ide-ide, gagasan, kreativitas dan inovasi baru. Keempat, literasi adalah soal kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang bermanfaat bagi khalayak.
“Transformasi layanan dari Perpusnas berbasis inklusi sosial mampu menjawab keresahan dan kekhawatiran masyarakat saat situasi pandemi COVID-19. Keterlibatan peran masyarakat lewat bermacam aktivitas transformasi pengetahuan atau transfer knowledge, seperti pelatihan, tutorial, dan pendampingan kegiatan yang memiliki nilai ekonomis,” kata Syarif.
Perpusnas juga memberikan pendampingan pilihan ekonomi masyarakat yang dikehendaki. Lalu mencarikan informasi agar bisa dipraktekkan agar mampu mendongkrak kemauan dari bawah dan mau berlatih hingga akhirnya mampu membangun usaha mikro sekelas industri rumahan.
Perpustakaan nasional dengan program perpustakaan berbasis inklusi, sudah membuktikan bahwa masyarakat termarginalkan bisa menghasilkan usaha sekelas home industry yang paling rendah. Apalagi data mendukung bahwa hanya 10 persen penduduk Indonesia yang tembus ke perguruan tinggi. Sedangkan 90 persen sisanya langsung terjun ke masyarakat.
Menurut Syarif, hal itu adalah potensi luar biasa yang harus direspon, karena cocok dengan potensi sumber daya melimpah yang ada di sekitar masyarakat bermukim.
“Dengan literasi, kita menemui orang-orang termarjinalkan untuk belajar bersama dengan buku-buku ilmu terapan, dengan internet, sampai mereka berdiri di atas kaki sendiri,” kata Syarif.
Baca juga: Bappenas: Literasi rendah sebabkan SDM tidak produktif
Baca juga: Puan: Perempuan berperan penting tingkatkan budaya literasi
Pewarta: Indriani
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021