• Beranda
  • Berita
  • Pemerintah Denmark sasar kaum ibu untuk atasi stunting di Indonesia

Pemerintah Denmark sasar kaum ibu untuk atasi stunting di Indonesia

21 April 2021 18:59 WIB
Pemerintah Denmark sasar kaum ibu untuk atasi stunting di Indonesia
Deputy Head of Mission Denmark Soren Bindesboll saat menyampaikan pemaparan terkait strategi pengentasan stunting di Indonesia melalui acara webinar Ambassador Talk with Embassy of Denmark to Indonesia bertajuk "Approaches to Prevent Stunting From Different Perspective", Rabu (21/4/2021). (ANTARA/Andi Firdaus).
Pemerintah Denmark menjadikan kaum ibu sebagai sasaran penting dalam strategi pengentasan masalah kekerdilan (stunting) dan malnutrisi yang hingga kini masih melanda Indonesia.

Hal itu disampaikan Deputy Head of Mission Denmark Soren Bindesboll saat menjadi pembicara pada webinar Ambassador Talk with Embassy of Denmark to Indonesia bertajuk Approaches to Prevent Stunting From Different Perspective, Rabu.

Dalam paparannya, Soren menjelaskan bahwa seorang calon ibu telah mendapat perhatian penting bahkan sebelum hamil. Seorang calon ibu diberikan panduan terkait makanan sehat yang harus dikonsumsi.

Kemudian saat memasuki masa kehamilan, para wanita hamil tersebut tetap harus mengonsumsi makanan sehat dan bergizi, selain dipasok suplemen. Makanan bergizi dimaksud didominasi sayuran, buah-buahan, ikan, produk turunan susu, dan sedikit daging. Adapun konsumsi gula berlebih sebisa mungkin dihindari.

Baca juga: BKKBN berupaya tekan kasus stunting hingga 14 persen pada 2024

Baca juga: Pentingnya asam amino esensial untuk tumbuh kembang anak


Sebelum dan selama masa kehamilan, konsumsi alkohol, obat-obatan, juga rokok sama sekali tidak diperkenankan.

"Bahkan konsumsi obat untuk keperluan kesehatan juga harus dikonsultasikan dengan dokter," katanya.

Jelang persalinan, ujar Soren, selain tetap mengonsumsi makanan sehat lengkap dengan suplemennya, ibu hamil juga harus melakukan aktivitas fisik.

"Lalu pihak eksternal juga harus ikut berpartisipasi menghadirkan lingkungan yang sehat bagi ibu hamil agar kehamilannya sehat dan jauh dari hal-hal yang membuat stres," ucapnya.

Saat sang bayi telah lahir, nutrisi yang baik dimulai dari pemberian ASI eksklusif sekurangnya enam bulan sebelum memulai pemberian makanan pendamping.

Di masa awal MPASI, bayi hendaknya diberikan buah dan sayur lebih dulu, sebelum diperkenalkan pada daging mulai usia 8 bulan.

"Lengkapi juga dengan pemberian oil dan lemak yang dapat menstimulasi pertumbuhan bayi," katanya.

Saat anak bertambah besar dan masuk usia sekolah, maka urusan pemberian nutrisi yang baik ini tetap berlanjut dengan melibatkan lebih banyak institusi terkait. Semisal daycare dan sekolah yang harus menyediakan makanan sehat bagi anak.

"Kami mempunyai banyak lembaga terkait dengan kepedulian khusus pada penyediaan makanan sehat di berbagai lini," katanya.

Soren mengatakan Pemerintah Denmark mencurahkan perhatian besar pada pengentasan kekerdilan dan malnutrisi ini karena ingin mempersiapkan generasi penerus yang sebaik-baiknya.

"Kami yakin, generasi yang baik muncul dari anak-anak yang diasup dengan nutrisi yang baik. Karena anak dengan nutrisi baik akan tumbuh dan berkembang baik juga mampu survive dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya," katanya.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) berupaya menekan angka kasus kekerdilan atau kondisi gagal tumbuh pada anak balita di Indonesia menjadi 14 persen pada 2024.

Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN, Rizal Damanik, mengatakan Indonesia saat ini masih menduduki perangkat 108 dari total 132 negara dengan jumlah kasus kekerdilan.

"Berdasarkan laporan gizi global tahun 2018 menunjukkan prevalensi kekerdilan Indonesia dari 132 negara berada pada peringkat ke-108, sedangkan di kawasan Asia Tenggara prevalensi kekerdilan Indonesia tertinggi ke dua setelah Kamboja," katanya.*

Baca juga: Kurang asupan gizi sebabkan stunting hingga lemahkan otak

Baca juga: BKKBN : 1.000 hari sejak awal kehamilan masa krusial cegah stunting

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021