Konsultan properti Colliers Indonesia mengingatkan pemilik properti ritel seperti supermarket dan pusat perbelanjaan perlu untuk benar-benar memanfaatkan momentum bulan puasa dan lebaran untuk meningkatkan kinerja sektor ritel yang ada di dalam properti mereka.Retailer harus mengembangkan strategi untuk memastikan penjualan tidak turun ke angka terendah seperti yang dialami ketika awal pandemi
"Kinerja penjualan ritel biasanya mencapai puncaknya selama bulan Ramadan dan Idul Fitri. Jadi, retailer akan mendapat keuntungan dari musim Ramadhan dan Idul Fitri ini. Bahkan dalam kondisi saat ini, kinerja ritel diproyeksikan meningkat meski tidak sebesar sebelum pandemi," kata Head of Research Colliers Indonesia Ferry Salanto dalam rilis di Jakarta, Kamis.
Untuk itu, ujar dia, momentum tersebut perlu untuk betul-betul dijaga agar pasca-Ramadan dan Idul Fitri kalangan peritel tetap memiliki kinerja penjualan yang stabil.
Apalagi, lanjutnya, Colliers memperkirakan setelah Ramadhan dan Idul Fitri penjualan ritel akan menurun, seperti yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.
"Retailer harus mengembangkan strategi untuk memastikan penjualan tidak turun ke angka terendah seperti yang dialami ketika awal pandemi," katanya.
Ia berpendapat ada beberapa faktor tambahan yang dapat membantu sektor ritel untuk pulih lebih cepat, antara lain meningkatnya jumlah orang yang divaksinasi, serta operator pusat perbelanjaan dan retailer yang tetap dengan patuh memberlakukan protokol kesehatan.
Hal tersebut, masih menurut dia, seharusnya meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk mengunjungi pusat perbelanjaan serta akan berdampak positif terhadap kinerja ritel dan bagi pusat perbelanjaan.
"Setelah Ramadhan dan Idul Fitri, retailer bisa menganalisa kinerja mereka. Jika dalam beberapa bulan setelah Ramadan dan Idul Fitri angka penjualan dianggap tetap stabil, insentif atau diskon yang diberikan oleh pengembang kepada retailer dapat ditinjau kembali, sehingga sewa-menyewa dapat kembali normal. Namun, bagi retailer di segmen tertentu yang terus berjuang untuk meningkatkan penjualan, pengembang dapat tetap fleksibel dalam hal sewa-menyewa dan service charge yang dibayarkan," ujarnya.
Sebelumnya, perusahaan teknologi ritel Eyos (Emporio Analytics Indonesia) menerbitkan hasil riset yang menunjukkan bahwa bisnis perdagangan independen modern di Indonesia tidak terpengaruh pandemi COVID-19 bahkan mengalami pertumbuhan.
"Dampak pembatasan akibat pandemi membuat turunnya aktivitas bisnis dan ekonomi termasuk bisnis ritel eceran, namun riset kami terhadap dua ribu toko modern independen (modern trade independent/MTI) ternyata tidak semuanya turun," kata Country Manager Eyos, Soon Lee di Jakarta, Senin (8/3).
Soon Lee mengatakan berdasarkan data beberapa merek dan peritel MTI baik di Ibu Kota maupun beberapa daerah di Indonesia masih bisa mempertahankan angka penjualannya dengan stabil, bahkan ada yang bisa tumbuh.
Riset pasar yang dilaksanakan Eyos selama September-Oktober 2020 terhadap lebih dari 2.000 toko ritel MTI di seluruh Indonesia, menemukan produk kategori besar seperti mie instan, susu, minyak goreng masih menunjukkan tren stabil bahkan cenderung positif dibanding sebelum pandemi.
Sedangkan, untuk kategori yang berhubungan dengan sanitasi dan imun mengalami peningkatan yang cukup masif, jelas dia.
Data juga memperlihatkan bisnis toko ritel MTI tidak semuanya menunjukkan penurunan, tetap ada toko ritel yang mencatat angka pertumbuhan omset yang melejit tinggi.
Baca juga: Alibaba tawarkan solusi digital bagi peritel terdampak COVID-19
Baca juga: Konsultan: Peritel besar mulai bereksperimen dengan konsep toko kecil
Baca juga: Colliers: peritel besar kurang berkembang dibanding peritel toko kecil
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021