Dugaan sementara, kapal berada di palung, di kedalaman sekitar 700 meter dari permukaan laut.
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo meminta masyarakat tidak ikut berspekulasi dan termakan hoaks yang beredar di berbagai media sosial tentang penyebab hilang kontak kapal selam KRI Nanggala-402.
"Masyarakat tidak ikut berspekulasi, apalagi termakan hoaks yang beredar di berbagai media sosial tentang penyebab hilang kontaknya KRI Nanggala-402. Serahkan seluruhnya kepada internal TNI AL dan jajaran terkait lainnya," kata Bamsoet dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Berdasarkan informasi Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, kata Bamsoet, KRI Nanggala-402 berada di utara Bali untuk ikut dalam skenario latihan penembakan torpedo.
Menurut dia, berdasarkan informasi Panglima TNI, kapal selam tersebut saat mendapatkan izin menyelam untuk melaksanakan latihan penembakan torpedo, tidak lama langsung hilang kontak.
"Dugaan sementara, kapal berada di palung, di kedalaman sekitar 700 meter dari permukaan laut," ujarnya.
Baca juga: Ketua DPR: TNI perlu analisis penyebab hilang kontak KRI Nanggala-402
Dari analisis sementara yang disampaikan Kepala Dinas Penerangan TNI AL Marsekal Pertama Yulius Widjojono, kata Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini, ada kemungkinan kapal mengalami blackout saat menyelam statis.
Hal itu, menurut dia, membuat kapal tidak terkendali dan tidak dapat melaksanakan prosedur kedaruratan.
"Walaupun sudah berusia sangat tua, KRI Nanggala-402 yang tiba di Indonesia pada tahun 1981 ini, sebelum menggelar latihan di perairan utara Pulau Bali, sudah dipastikan dalam kondisi siap berlayar," katanya.
Bamsoet meyakini TNI AL melakukan penyelidikan lebih dalam tentang penyebabnya. Jika hasilnya karena usia kapal yang sudah uzur, Kementerian Pertahanan dan TNI AL harus segera melakukan peremajaan terhadap berbagai kekuatan alutsista TNI.
Ia berharap kapal selam KRI Nanggala-402 buatan Howaldtswerke-Deutsche Werft (HDW), Kiel, Jerman Barat segera ditemukan.
Baca juga: Kapuspen: KRI Nanggala belum ditemukan
Khususnya terhadap 53 awak yang bertugas, terdiri atas 49 anak buah kapal, 1 komandan satuan, dan 3 personel arsenal, kata Bamsoet, dapat ditemukan dalam kondisi selamat.
Hingga kini pencarian dan penyelamatan terus dilakukan menggunakan kekuatan kapal perang milik TNI AL, antara lain KRI Raden Eddy Martadinata, KRI I Gusti Ngurah Rai, KRI Diponegoro, KRI Rigel, KRI Spica, dan KRI Pulau Rengat.
"Selain itu, dengan angkatan laut Singapura dan Australia juga akan turut memberikan bantuan mengerahkan kapal penyelamat sebagai bentuk gotong royong antarnegara tetangga," katanya.
Bamsoet mengajak semua masyarakat ikut mendukung upaya dan misi pemerintah dan TNI dalam pencarian kapal selam tersebut agar pencarian dan penyelamatan bisa menghasilkan yang terbaik.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2021