• Beranda
  • Berita
  • Kepercayaan Kaharingan Dayak Meratus Terancam Punah

Kepercayaan Kaharingan Dayak Meratus Terancam Punah

14 Juli 2010 15:11 WIB
Kepercayaan Kaharingan Dayak Meratus Terancam Punah
Barabai, Kalsel (ANTARA News) - Kepercayaan Kaharingan yang dianut masyarakat adat Dayak Meratus di Kalimantan Selatan terancam punah, ujar Koordinator Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Adat (LPMA) Borneo Selatan, Juliade.

"Hal itu bisa terjadi bila masyarakat adat Dayak Meratus tidak lagi melaksanakan upacara-upacara adat mereka dan saat ini gejala itu sudah nampak," ujarnya di Barabai, ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) sekitar 165 Km Utara Banjarmasin, Rabu.

Kepercayaan itu tidak tertuang dalam sebuah kitab suci sebagaimana agama lain yang berkembang di Indonesia, melainkan berkembang lewat budaya bertutur oleh tetua adat atau mereka yang memiliki kemampuan khusus.

Menurut dia, saat ini jumlah tetua adat yang menguasai dan mampu menuturkan ajaran agama kepercayaan Kaharingan makin sedikit dan hanya dapat ditemui saat upacara adat.

"Agama kepercayaan Kaharingan pada masyarakat adat Dayak Meratus dituturkan secara khusus oleh mereka yang terpilih sehingga tidak semua orang bisa dan mampu mempelajarinya," katanya.

Selain itu, pada masyarakat adat Dayak Meratus memang tidak ada guru khusus yang bertugas memberikan pelajaran tentang agama, sementara pemerintah sendiri tidak mengupayakannya.

Hal tersebut diperparah kondisi generasi muda Dayak Meratus yang enggan mempelajari cara bertutur menurut kepercayaan mereka itu.

Ia menambahkan, agama kepercayaan Kaharingan bagi masyarakat Adat Dayak Meratus erat kaitannya dengan aktivitas keseharian mereka seperti merambah hutan, berhuma, berburu dan pelaksanaan upacara adat.

"Namun saat ini sejalan dengan kemajuan ilmu dan teknologi kegiatan upacara keagamaan dan budaya masyarakat Adat Dayak Meratus telah mengalami pergeseran dan mulai kehilangan makna," tambahnya.

Ilmu dan teknologi yang merambah hingga ke pedalaman Pegunungan Meratus tempat tinggal komunitas Dayak Meratus membuat generasi muda mereka mulai beranggapan bahwa adat mereka primitif.

Pelaksanaan upacara adat seperti Aruh Ganal misalnya kini lebih banyak dilakukan hanya untuk  pemenuhan kewajiban dan kadang untuk tujuan komersial dalam menarik wisatawan.

Generasi muda Dayak Meratus yang berpendidikan perhatiannya terkonsentrasi pada masalah pengakuan dan perjuangan akan hak-hak masyarakat. (*)

ANT/A019/AR09


Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010