Presiden RI Kelima Megawati Soekarnoputri mencanangkan dan meresmikan Gerakan Budaya Siaga Bencana yang diinisiasi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) demi meningkatkan komitmen seluruh penyelenggara negara serta masyarakat akan sadar bencana.
"Dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, saya mengakhiri sharing saya mengenai bencana, maka Gerakan budaya siaga bencana ini dicanangkan. Supaya tak sekedar jadi slogan, supaya segera dilaksanakan," kata Megawati Soekarnoputri, di Jakarta Jumat.
Megawati menyampaikannya ketika hadir secara virtual dalam peluncuran gerakan yang dilaksanakan di auditorium BMKG, di Jakarta Pusat.
Megawati Soekarnoputri menyatakan dirinya meyakini bahwa menghadapi bencana dan meminimalisasi kerusakan bisa dilakukan asal semuanya mau bergotong-royong.
Dia lalu menceritakan pengalaman Jepang, pemerintah dan rakyatnya selalu belajar untuk siap menghadapi bencana. Sejumlah hal detail diperhatikan, kata Megawati, hingga soal tas ransel, alarm siaga, dan jalur evakuasi.
Siaga bencana juga mencakup penelitian mendalam soal jenis-jenis bencana yang mungkin hadir. Hingga kata dia, bagaimana memperbaiki manajemen bantuan pasca bencana yang lebih baik.
Baca juga: Kemensos rintis Gerakan Siswa Siaga Bencana
Baca juga: Kemensos rintis Gerakan Siswa Siaga Bencana
"Maksud saya, mari kita gotong royong merubah berbagai hal. Satu adalah tata ruang, kedua, urusan data gunung yang belum bisa sinkron," kata Megawati.
Menurut Megawati, harus ada tindak lanjut dari pencanangan tersebut, soal bagaimana menolong rakyat, harus ada pelajaran dan simulasi sebelum bencana agar terbentuk kesiapsiagaan.
Hadir sejumlah pejabat tinggi negara di acara itu, di antaranya Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Kepala BNPB Doni Monardo, Kepala Basarnas Marsda (TNI) Henri Alfiandi, Kepala LIPI Laksana Tri Handoko, dan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.
Mendagri Tito Karnavian, Menteri Sosial Tri Rismaharini, dan puluhan kepala daerah dari seluruh Indonesia turut hadir secara virtual.
Sekjen DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto yang juga Pembina Badan Penanggulangan Bencana (Baguna) PDIP, hadir langsung sebagai moderator acara.
"Terima kasih kepada Ibu Megawati telah mencanangkan gerakan siaga bencana," kata Hasto.
Baca juga: JK soroti sistem siaga bencana saat peringati 10 tahun gempa Jepang
Baca juga: JK soroti sistem siaga bencana saat peringati 10 tahun gempa Jepang
Dia lalu meminta agar Megawati menyerahkan secara virtual sebuah tas yang merupakan wujud peluncuran Gerakan Budaya Siaga Bencana itu.
Tas itu berjenis tas ransel berwarna merah, yang terinspirasi dari ransel warga Jepang yang selalu siap jika mendadak terjadi gempa dan tsunami di sana. Doni Monardo dan Dwikorita Karnawati menerima tas itu secara simbolis dari Megawati.
Tas itu berjenis tas ransel berwarna merah, yang terinspirasi dari ransel warga Jepang yang selalu siap jika mendadak terjadi gempa dan tsunami di sana. Doni Monardo dan Dwikorita Karnawati menerima tas itu secara simbolis dari Megawati.
"Jadi ini seperti yang ada di Jepang seperti diceritakan oleh Bu Mega," kata Hasto.
Kepala BMKG Dwikorita mengatakan pada 2002, saat masih menjadi wakil presiden, Megawati Soekarnoputri tampaknya mempunyai visi jauh ke depan soal bencana alam yang akan semakin meningkat di Indonesia, sehingga, mengantisipasi dengan menetapkan BMKG sebagai organisasi mandiri seperti saat ini.
"Berkat keputusan inilah BMKG bisa berkembang seperti saat ini, meskipun banyak hal yang mesti kita pelajari. Terima kasih kepada Ibu Presiden Kelima Bu Megawati yang telah membesarkan dan menguatkan BMKG," kata Dwikorita.
Dwikorita menyampaikan permohonan maaf pihaknya karena belum bisa mewujudkan korban nol, atau zero victim.
"Kami berkomitmen bekerja sama terus dengan aparat negara dan pemerintahan daerah membangun kesiapsiagaan bencana melalui program ini demi mencapai zero victim," ucap Dwikorita.
Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2021