“Program tol laut ini memang harus kita lakukan dengan sistematis dan konsisten. Saya melihat bahwa ada dua daerah yang sudah berhasil melaksanakan ini. Yaitu Morotai dan Dobo. Mengapa dikatakan berhasil? karena ada suatu keseimbangan antara muatan barang yang dibawa dari Surabaya maupun sebaliknya. Saya ingin daerah lain bisa mencontoh keberhasilan ini,” kata Budi Karya dalam rilis, Sabtu.
Dalam kunjungannya ke Tanjung Perak, Surabaya, Budi Karya mengungkapkan, kedatangannya untuk memastikan program tol laut berjalan dengan baik karena mayoritas awal pergerakan tol laut adalah dari Surabaya.
Baca juga: Optimalisasi program tol laut perlu sinergi semua pihak
Menhub menjelaskan, dari 30 pergerakan tol laut yang ada saat ini, sebanyak 16 kapal pergerakannya berasal dari Surabaya.
Ia mengapresiasi produktivitas dari tol laut secara umum, dimana terdapat sejumlah peningkatan jumlah pelabuhan dari 72 pelabuhan pada tahun 2019, saat ini sudah bertambah menjadi 106 pelabuhan. Selain itu pada tahun ini juga terdapat penambahan trayek tol laut menjadi 30 trayek.
Menhub mengungkapkan, tujuan dari program tol laut yang dirintis sejak tahun 2015 adalah selain untuk mengurangi disparitas harga antara wilayah barat dan timur Indonesia, tetapi juga untuk melancarkan distribusi logistik, khususnya kebutuhan pokok, ke daerah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan (3TP).
Lebih lanjut Menhub meminta para operator baik Pelindo I s.d IV, Pelni, dan operator lainnya memberikan kesempatan bagi para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk bisa memanfaatkan pengiriman barangnya melalui kapal tol laut.
Baca juga: KSP: Tol Laut dioptimalkan agar efektif kurangi disparitas harga
“Saya sudah minta Dirjen Perhubungan Laut untuk mengkoordinasikan ini bersama para operator. Kita ingin fasilitasi para pelaku UMKM dengan baik, agar mereka juga bisa mendapatkan manfaat dari subsidi yang diberikan pemerintah melalui program tol laut,” katanya.
Ia mengatakan, dengan memfasilitasi para pelaku UMKM untuk memanfaatkan pengiriman barangnya dengan kapal tol laut, akan semakin meningkatkan eksistensi dan daya saing produk atau barang UMKM.
“Lebih dari 50 persen pelaku usaha di Indonesia adalah UMKM. Kalau kita bisa fasilitasi dengan baik. Daya saing mereka akan bertambah karena subsidi (tol laut) diterima langsung oleh saudara kita para pelaku UMKM,” ujarnya.
Menhub meminta para operator untuk memikirkan skema bagi UMKM agar bisa memanfaatkan pengiriman barangnya melalui kapal tol laut.
“Para pelaku UMKM tidak mungkin memborong 1 kontainer. Untuk itu perlu dipikirkan suatu cara seperti membuat suatu paket, misalnya: paket 100 kg, atau paket 500 kg. Artinya di dalam satu kontainer 20 ton itu, bisa dikumpulkan beberapa barang dari para pelaku UMKM,” katanya.
Menhub tidak ingin kapal tol laut dimonopoli suatu perusahaan tertentu, sehingga para pelaku UMKM yang sesungguhnya membutuhkan subsidi dari program tol laut tidak mendapatkan subsidi tersebut.
Pewarta: Adimas Raditya Fahky P
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021