Sebanyak 1,3 juta dosis yang tersisa akan dikirim ke sejumlah negara, termasuk Ghana, Senegal, dan Togo untuk memastikan vaksin itu dapat digunakan sebelum memasuki masa kedaluwarsa pada 24 Juni mendatang, kata ahli kesehatan senior badan anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) di Afrika Tengah dan Barat, Susie Villeneuve.
“Proses untuk melakukan realokasi terhadap dosis-dosis ini ke negara-negara lain di Afrika tengah berjalan,” kata Villeneuve dalam sebuah konferensi vaksin di Ghana.
Belum ada komentar langsung dari otoritas kesehatan di Kongo.
Kongo menerima vaksin dari fasilitas COVAX pada 2 Maret namun menunda distribusi usai sejumlah negara-negara Eropa menghentikan penggunaan suntikan AstraZeneca akibat laporan adanya pembekuan darah.
Negara tersebut memulai kampanye vaksinasi pada 19 April, namun suntikan baru diberikan terhadap 1.265 orang dari total 85 juta populasinya, pada Sabtu (24/4), menurut laporan laboratorium riset biomedis negara.
COVAX, yang didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia, menargetkan untuk mengirim 600 juta dosis -- kebanyakan dari AstraZeneca-- ke 40 negara Afrika tahun ini. Jumlah dosis tersebut akan cukup untuk menginokulasi 20 persen dari populasi total.
Namun, situasi di Kongo menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh banyak negara Afrika dalam melakukan kampanye vaksinasi skala besar meski mereka memiliki pengalaman melawan penyakit-penyakit menular yang mematikan.
Sejumlah otoritas kesehatan tidak memiliki personel dan pelatihan yang cukup untuk mendistribusikan vaksin dalam waktu yang pendek dan kekurangan peralatan penting akibat kurangnya pendanaan yang dapat mencapai miliaran dolar, menurut para ahli.
Sumber: Reuters
Baca juga: COVAX WHO mulai kirim 90 juta dosis vaksin COVID ke Afrika
Baca juga: Kongo terapkan karantina wilayah 48 jam
Pemerintah Indonesia upayakan pengadaan vaksin multilateral COVAX pada 2021
Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021