Pantun Asal-asalan Sofyan Lubis

21 Juli 2010 20:35 WIB
Pantun Asal-asalan Sofyan Lubis
Buku "Pantun Asal2an ala Bang Sofyan". (ANTARA/Ardika)
Jakarta (ANTARA News) - Pemimpin Umum harian umum Pos Kota, H. Sofyan Lubis, meluncuran buku mengenai pantun bertema lebaran, tahun baru, ulang tahun, dan imlek bertajuk "Pantun Asal2an ala Bang Sofyan" di Gedung Dewan Pers Jakarta, Rabu.

"Buku ini bertujuan menggairahkan kembali berpantun di masyarakat kita," kata Sofyan Lubis, yang Ketua Dewan Penasehat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat.

Ketua PWI Pusat periode 1993-1998 itu mengatakan, ada fenomena dari tokoh-tokoh di Indonesia yang berpantun, seperti Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika memberi sambutan dalam acara puncak Hari Pers Nasional (HPN) di Palembang, 9 Februari 2010.

Bahkan, alumni kursus reguler angkatan (KRA) XXIV Lembaga Ketahanan Masyarakat (Lemhannas) 1991 tersebut mencatat, sejumlah anggota DPR ketika sidang panitia khusus (pansus) kasus Bank Century juga berpantun.

M. Jusuf Kalla ketika menjabat Wakil Presiden (Wapres) RI dan mencalonkan diri menjadi ketua umum Partai Golongan Karya (Golkar) berpantun pula. Hal ini, menurut Sofyan, diikuti para tokoh lain.

"Sangat disayangkan jika kondisi seperti ini tidak dikembangkan, karena jika ada pantun kondisinya akan lain. Pantun terbukti bisa mendinginkan suasana, dan menjadi cara mengendurkan urat syaraf," ujar penerima Bintang Mahaputra pada 14 Agustus 1998.

Pria kelahiran Tanjung Morawa, Medan, Sumatera Utara, pada 22 November 1941 yang akrab disapa dengan nama Bang Sofyan itu meramu kepiawaiannya berpantun dalam buku setebal 130 halaman. Buku tersebut berisi sekitar 400an pantun dan puisi yang mengambil tema lebaran, tahun baru, imlek dan ulang tahun.

Buku yang berisi kumpulan pantun segar ala Bang Sofyan itu juga dilengkapi dengan ilustrasi gambar-gambar humor yang semakin menguatkan makna dari pantun yang dibuat tokoh pers yang gemar tersenyum tersebut.

Sofyan sudah berkecimpung di dunia kewartawanan sejak 1962, dan penggalan karya pantun dalam bukunya juga banyak bercerita tentang dunia kewartawanan yang di sesuaikan dengan tema.

Pantun itu juga menyimpan pesan-pesan dan nasehat yang baik. "Pantun bisa membuat sebuah sikap yang santun dan baik. Tidak ada pantun yang kasar, dan pantun itu sopan santun nasihat, serta pengingat tentang hal baik. Bahkan, di Sumatera Utara ada pantun mengenai kesehatan," kata Sofyan.

Orang kalau sudah bicara pantun, menurut Bang Sofyan, cenderung menilai sebagai budaya Melayu yang penduduknya berada mulai dari pesisir Sumatera Timur ke Kalimantan, bahkan Malaysia. Namun, pantun juga berkembang di berbagai wilayah Indonesia, seperti Jawa, Manado, dan Papua.

Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) periode 1993-2003 tersebut berharap, pantun dapat menyebar ke seluruh lini kehidupan di Indonesia, sehingga menciptakan sopan santun tumbuh kembali.

"Banyak orang menilai kondisi bangsa Indonesia sudah tidak santun, sehingga dengan pantun ini diharapkan kita bisa bersopan santun. Maksud saya memberi judul asal2an ini awalnya hanya asal jadi saja, tetapi setelah didalami ternyata ada juga faedahnya," ujar anggota Dewan Pers periode 1992-1999 itu.

Ketua konfederasi wartawan perhimpunan bangsa Asia Tenggara (CAJ) itu pun berpesan, dalam sebuah pantun yang ditujukan khusus untuk profesi wartawan dan kondisi pers saat ini di Indonesia.

Bang Sofyan pun berpantun: "Jalan-jalan ke padang bulan, jangan lupa bawa durian. Saya ini seorang wartawan kadang-kadang juga sering bikin kesalahan."
(T.YUD/P003)


Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010