• Beranda
  • Berita
  • Menteri LHK minta antisipasi untuk daerah konvensional rawan karhutla

Menteri LHK minta antisipasi untuk daerah konvensional rawan karhutla

28 April 2021 23:39 WIB
Menteri LHK minta antisipasi untuk daerah konvensional rawan karhutla
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya saat memimpin rapat teknis pencegahan kebakaran hutan dan lahan 2021 secara virtual di Jakarta, Rabu (28/4/2021). ANTARA/HO-KLHK.

hingga Maret 2021 luasan area yang terbakar 23.783 hektare yang berarti lebih luas dibandingkan periode sama tahun 2020 yang mencapai 19.372 ha.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya meminta antisipasi lebih besar di daerah-daerah konvensional terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) berulang.

Siti dalam keterangan tertulisnya diterima di Jakarta, Rabu mengatakan terkonfirmasi ada daerah-daerah konvensional terjadi karhutla, karena berharap antisipasi lebih besar dapat dilakukan di lokasi tersebut.

Data menunjukkan jika hingga Maret 2021 luasan area yang terbakar telah mencapai 23.783 hektare (ha), yang berarti lebih luas dibandingkan periode sama 2020 yang mencapai 19.372 ha.

“KLHK akan merintis pemantauan hot spot secara detil dan lebih mendalam di daerah-daerah konvensional ini, mungkin hingga tanggal 5 Mei yang akan datang, karena jika hingga tanggal tersebut terjadi dinamika karhutla yang meningkat, atau terjadi eskalasi yang berarti, maka akan masih punya cukup waktu untuk mengambil langkah sebelum Lebaran Idul Fitri,” kata Siti saat memimpin rapat teknis pemantapan langkah pencegahan karhutla sekaligus antisipasi di 2021.

Beberapa daerah konvensional rawan terjadi karhutla berulang meliputi Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Pontianak, Ketapang, Singkawang, Kapuas, Pangkalan Bun, Banjar, dan Tanah Laut.
Baca juga: Penanganan ancaman Karhutla Kalteng disetarakan pandemi COVID-19
Baca juga: Daerah rawan kebakaran hutan-lahan diminta waspada usai pancaroba

Selaras dengan itu Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan jika lembaganya memperkirakan La Nina di wilayah Indonesia akan segera beralih menuju ENSO NEUTRAL pada Mei 2021, yang salah satunya akan menyebabkan curah hujan pada musim kemarau tahun 2021 di sebagian besar wilayah di Tanah Air diperkirakan mendekati pola hujan musim kemarau normalnya.

Hal itu disebutnya akan berdampak pada kondisi curah hujan pada Juni sampai dengan September 2021 di sebagian besar Sumatera dan Jawa yang akan berada pada kategori rendah, sehingga potensi karhutla di daerah rentan akan meningkat.

Untuk itu BMKG merekomendasikan agar semua pihak mewaspadai potensi karhutla kategori moderat dan tinggi pada bulan Juni sampai dengan September 2021 di wilayah Riau, Jambi dan Sumsel. Kemudian pada bulan Juli sampai dengan September 2021 di sebagian wilayah Kalimantan Barat dan Kalimantan bagian selatan, dan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2021 di wilayah NTT dan Papua bagian selatan.

Sestama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Dody Ruswandi mengatakan jika BNPB berdasarkan Inpres Nomor 3 Tahun 2020 tentang Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan siap sedia membantu penanganan karhutla. Dukungan yang ia maksud meliputi sarana operasi pemadaman udara berupa Helikopter Fire Fighting dan Patroli dan Bantuan dukungan untuk Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atas permohonan masing-masing gubernur.

Berikutnya BNPB bekerja sama dengan TNI/Polri akan memberikan dukungan pembiayaan pengerahan personil TNI/Polri dan masyarakat dalam rangka upaya pencegahan dan pemadaman darat, serta BNPB bekerjasama dengan KLHK akan memberikan dukungan pembiayaan kegiatan partisipatif masyarakat melalui program Masyarakat Peduli Api (MPA)-Paralegal.

Sementara itu, menanggapi potensi terjadinya karhutla ke depan, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan jika lembaganya terus melakukan Teknik Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mempercepat turunnya hujan di wilayah tertentu.

Upaya TMC yang dilakukan oleh BPPT bekerjasama dengan KLHK, BNPB, BMKG, TNI, BRGM, BPBD pada Maret sampai April 2021 menunjukkan hasil yang cukup baik dari segi prosentase penambahan curah hujan. Di Provinsi Riau disebutnya terjadi peningkatan prosentase penambahan curah hujan sebesar 33-64 persen terhadap curah hujan alamnya atau penambahan curah hujan di lokasi penyemaian awan sekitar 194,3 juta meter kubik (m3).

Kemudian di Provinsi Kalimantan Barat atas upaya TMC yang dilakukan terjadi peningkatan prosentase penambahan curah hujan sebesar hingga 44 persen terhadap curah hujan alamnya atau penambahan curah hujan di lokasi penyemaiannya.

Baca juga: BRGM terus sosialisasi di tingkat tapak pencegahan karhutla
Baca juga: Kalbar kembangkan aplikasi asap digital pantau karhutla

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021