"Menurut saya penting untuk mengambil pelajaran. Kita sebagai seorang Muslim harus berusaha untuk menghadirkan gagasan-gagasan baru yang mencerahkan bagi peradaban umat manusia," kata Mahbub Maafi saat dihubungi dari Jakarta, Kamis.
Ia menjelaskan bahwa peristiwa Nuzulul Quran yang ditandai turunnya wahyu Allah SWT melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW, menjadi tonggak awal dimulainya perubahan.
Nabi Muhammad SAW yang diperintahkan untuk membaca lewat Surah Al-Alaq, kemudian membawa peradaban dari abad yang gelap menuju cahaya lewat ajaran agama Islam.
Baca juga: Mahbub Maafi: Iqra bukan hanya membaca teks tapi perenungan
"Nuzulul Quran adalah tonggak yang penting. Di situlah ketika nabi mendapatkan wahyu, pada saat itu nabi sedang menawarkan perubahan-perubahan yang lebih baik terhadap peradaban saat itu melalui ajaran Islam," kata dia.
Selaras dengan Nabi Muhammad, Mahbub mengajak kepada seluruh umat Islam di Indonesia untuk meneladani perilaku dengan membuat gagasan-gagasan maupun inovasi baru, demi peradaban yang lebih baik dan terus mencerahkan.
"Kita harus selalu berpikir mempertahankan tradisi lama yang baik, dan mempertahankan tradisi lama yang baru tapi menciptakan tradisi baru yang lebih baik. Kita juga sebagai muslim harus memberikan sumbangsih kepada peradaban ini," kata dia.
Mahbub Maafi juga menyatakan bahwa dalam setiap peringatan Nuzulul Quran terkandung makna Iqra (bacalah) yang mesti dipahami bukan hanya sebatas pembacaan teks semata tapi perenungan manusia atas kehidupan.
"Kalau kita melihat firman Allah atau ayat Al Quran yang pertama kali turun adalah Iqra (Bacalah atas nama Tuhanmu). Ada pesan penting untuk membaca. Membaca bukan sekedar membaca kalau membaca saja itu tilawah, tapi pemaknaan akan tanda-tanda kebesaran Allah SWT," kata dia.
Umat Islam dituntut untuk membaca sekaligus merenungi makna apa dalam bacaan termasuk tanda-tanda alam semesta.
Pembacaan tanda-tanda alam semesta yang dimaksud yakni pandemi COVID-19 yang menyebar di seluruh dunia. Menurut dia, manusia harus berpikir dan merenungi mengapa virus tersebut bisa cepat menyebar dan memporak-porandakan seluruh tatanan kehidupan.
Di samping itu, manusia harus juga membaca langkah yang mesti dilakukan untuk mengakhiri pandemi sesuai dengan kapasitasnya sebagai masyarakat.
Baca juga: Mahbub Maafi: Puasa harus memiliki dampak terhadap kehidupan
Baca juga: Pandangan fikih atas larangan mudik
Baca juga: Berzakat, lebih baik ke orang lain atau kerabat sendiri?
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021