"Saya juga sangat antusias dengan visi Bali Zoo yang ingin menjadi kebun binatang terbaik di Asia Pasifik," kata Pastika di Denpasar, Jumat.
Baca juga: PT Timah - Alobi Bangka lepasliarkan enam ekor satwa langka
Pastika menyampaikan hal itu terkait dengan penyerapan aspirasi secara virtual yang bertajuk "Perlindungan dan Konservasi SDA dan Eksistensinya sesuai UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi SDA dan Lingkungan".
Selain sebagai tempat rekreasi, Bali Zoo yang melakukan upaya konservasi dan edukasi, lanjut dia, juga sejalan filosofi Tri Hita Karana (keharmonisan antara manusia dengan Tuhan, dengan sesama dan dengan lingkungan).
Baca juga: Polda Jatim ungkap penjualan puluhan satwa dilindungi
"Ini kewajiban kita, kalau ingin mengabdi kepada Tuhan maka cintailah, kasihilah dan lindungi ciptaan-Nya," ujar mantan Gubernur Bali dua periode itu.
Upaya konservasi, tidak dipungkirinya memerlukan biaya yang tidak murah, di samping harus dibarengi kecintaan yang luar biasa.
Anggota Komite 2 DPD itu menambahkan, terkait dengan regulasi mengenai konservasi sumber daya alam, khususnya soal lembaga konservasi diperlukan pengaturan-pengaturan yang baru disesuaikan dengan kondisi kekinian.
Baca juga: BKSDA Aceh evakuasi bayi gajah terjebak di kubangan lumpur
Sementara Dirut Bali Zoo AA Gd Putra mengatakan pendirian Bali Zoo di tahun 2002 itu selain karena kecintaannya kepada satwa juga adanya informasi kalau pariwisata Bali ke depannya akan beralih ke wisata alam.
Oleh karena itu, pemilik Singapadu Galery ini lantas mencoba mengembangkan Bali Zoo ini.
Manajer Konservasi Bali Zoo Ade Diah menambahkan saat ini Bali Zoo yang berada di areal seluas 11 hektare ini memiliki 557 satwa, dengan 60 spesies. Didominasi mamalia, ada juga jenis primata, reptil dan burung.
Satwa yang ada diperoleh diantaranya melalui kerja sama dengan pengelola kebun binatang yang lain, warga serta BKSDA.
"Adapun fokus program konservasi diantaranya pelepasliaran Owa Jawa di Jawa Barat pada Juli 2019, kesuksesan kelahiran trenggiling dan kelahiran harimau Sumatera," ucapnya.
Pasca-pelepasliaran, ujar Ade Diah, juga dilakukan upaya observasi dan monitoring intensif selama enam bulan oleh Tim Aspinall
Terkait pandemi, Diah mengakui ada penurunan jumlah pengunjung. "Sekarang ini kami tetap buka tiap hari dengan rata-rata jumlah kunjungan sekitar 200 orang," ujarnya.
Walaupun kunjungan menurun, Diah menegaskan satwa tetap menjadi prioritas, tidak ada pengurangan kualitas maupun kuantitas pakan. "Pemeriksaan kesehatan satwa tetap dilakukan rutin," katanya.
Untuk pakan satwa, Bali Zoo juga bekerja dengan koperasi dan desa adat setempat yang mensuplai makanan ternak.
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2021