• Beranda
  • Berita
  • Dolar naik ditopang data ekonomi, tapi raih penurunan bulanan terbesar

Dolar naik ditopang data ekonomi, tapi raih penurunan bulanan terbesar

1 Mei 2021 07:06 WIB
Dolar naik ditopang data ekonomi, tapi raih penurunan bulanan terbesar
Dokumentasi - Teller Bank Mandiri menunjukkan uang pecahan Dolar AS dan Rupiah di Bank Mandiri KCP Jakarta DPR, Senin (7/1/2019). Kurs Rupiah terhadap Dolar AS menguat 1,3 persen menjadi Rp14.080. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/ama/pri.
Dolar naik terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), memperpanjang penguatan hari sebelumnya ditopang data positif pada pendapatan pribadi, pengeluaran serta manufaktur di Midwest AS, dengan pelaku pasar juga mengambil keuntungan dari posisi short dollar bulan ini.

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang saingannya anjlok 2,1 persen untuk April, merupakan penurunan bulanan terbesar sejak Desember.

Data AS minggu depan, yang mencakup data penggajian non-pertanian untuk April dan indeks utama manufaktur dan jasa-jasa AS, akan memperkuat ekspektasi pemulihan yang kuat dari pandemi oleh ekonomi terbesar di dunia itu.

"Putaran lain dari data yang berpotensi kuat di AS dapat menambah tekanan untuk mulai membahas tapering (pengurangan pembelian aset oleh bank sentral)," kata ING dalam catatan penelitian terbarunya.

"Dengan beberapa kemungkinan pelemahan baru dalam obligasi pemerintah sedang dalam perjalanan, dolar AS mungkin menemukan beberapa jeda terhadap imbal hasil rendah," bank menambahkan.

Setelah pertemuan kebijakan Fed pada Rabu (28/4/2021), Ketua Fed Jerome Powell mengakui pertumbuhan ekonomi AS, tetapi mengatakan tidak ada cukup bukti "kemajuan substansial lebih lanjut" menuju pemulihan untuk menjamin perubahan pada pengaturan moneter yang sangat longgar.

Data Jumat (30/4/2021) menunjukkan rebound 4,2 persen dalam pengeluaran konsumen AS pada Maret, di tengah lonjakan pendapatan 21,1 persen karena rumah tangga menerima tambahan uang bantuan COVID-19 dari pemerintah, mendukung dolar.

Itu menyebabkan kenaikan 0,4 persen dalam indeks pengeluaran konsumsi pribadi inti (PCE), dibandingkan dengan kenaikan 0,3 persen pada bulan sebelumnya.

"Powell tetap teguh pada jalur suku bunga Fed dan program QE (pelonggaran kuantitatif) pada Rabu (28/4/2021), meninggalkan pedagang dengan perasaan tidak nyaman bahwa inflasi dapat melarikan diri - dan melarikan diri dengan cepat," Adam Corbett, analis mata uang, di Cambridge Global Payments, mengatakan dalam catatan penelitian setelah data.

Demikian pula, dolar juga menguat setelah Chicago Purchasing Management Index (PMI) menunjukkan angka 72,1 untuk April, tertinggi dalam hampir empat dekade.

Dalam perdagangan sore, indeks dolar mengakhiri minggu ini dengan naik 0,5 persen. Indeks terakhir naik 0,7 persen pada 91,263, kenaikan harian terbesar sejak akhir Februari.

"Penguatan dolar saat ini kemungkinan merupakan poros dari tren musiman yang cenderung kita lihat pada Mei dan Juni," kata Mazen Issa, ahli strategi mata uang senior di TD Securities di New York, setelah kinerja greenback yang buruk bulan ini.

Dia menambahkan bahwa April biasanya salah satu bulan melemahnya dolar. Dolar Kanada naik ke level tertinggi lebih dari tiga tahun di 1,2266 dolar Kanada per greenback pada Jumat (28/4/2021), di jalur untuk kenaikan mingguan 1,6 persen yang akan menjadi yang terbesar sejak awal November.

Dolar AS terakhir datar pada 1,2276 dolar Kanada. Berbeda dengan sikap dovish Fed, bank sentral Kanada telah mulai mengurangi pembelian asetnya.

Dolar Kanada yang terkait komoditas mendapat dukungan tambahan dari lonjakan minyak ke puncak enam minggu, bersama dengan harga kayu yang lebih tinggi. Euro diperdagangkan 0,8 persen lebih rendah pada 1,2025 dolar, membukukan persentase penurunan harian terbesar sejak akhir Februari.

Tetapi, euro naik 2,5 persen untuk bulan tersebut versus dolar, kinerja bulanan terbaik sejak Juli 2020. Dolar juga naik 0,3 persen terhadap yen pada 109,29, naik 1,0 persen untuk minggu ini. Tapi dolar turun 1,3 persen untuk bulan itu, kinerja bulanan terburuk sejak Juli 2020.

Baca juga: Rupiah akhir pekan ditutup menguat, dipicu optimisme ekonomi AS pulih
Baca juga: Emas turun lagi 60 sen tertekan kenaikan imbal hasil dan data ekonomi
Baca juga: Minyak berbalik anjlok, terseret kekhawatiran baru permintaan

 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021