Universitas Brawijaya (UB) menyiapkan pelaksanaan perkuliahan secara tatap muka atau luar jaringan (luring) terbatas pada tahun akademik 2021-2022 khusus bagi mahasiswa semester satu dan tiga.Teknik perkuliahan nanti diatur agar kolaboratif antara daring dan luring, sehingga tidak terjadi kerumunan.
"Perkuliahan secara luring bagi semester satu dan tiga ini tidak semua bisa mengikutinya, karena hanya 50 persen dari jumlah mahasiswa angkatan 2020 dan 2021. Dari dua angkatan itu juga masih dibagi lagi menjadi 25 persen luring dan 25 persen daring," kata Rektor UB Prof Dr Nuhfil Hanani dalam Bincang dan Ngobrol Santai (Bonsai) bareng media di Malang, Senin.
Menurut dia, teknik perkuliahan nantinya juga disetting kolaboratif antara daring dan luring, sehingga tidak sampai terjadi kerumunan, bahkan untuk protokol kesehatan menggunakan standar pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) dan sangat ketat.
Baca juga: Universitas Brawijaya tempati posisi 301-400 versi THE Impact Ranking
Rektor mengaku rencana penyelenggaraan perkuliahan secara luring terbatas tersebut sudah melalui banyak pertimbangan, di antaranya adanya penurunan level pandemi COVID-19, artinya penambahan konfirmasi positif sudah turun cukup signifikan dibanding sebelumnya.
Pertimbangan lainnya, kata Nuhfil, jumlah mahasiswa UB sangat besar, sehingga perlu ada pertimbangan wilayah dan memprioritaskan mahasiswa yang sampai saat ini belum pernah ke kampus (angkatan 2020).
Nuhfil mencontohkan mahasiswa dari beberapa daerah datang ke kampus bersama keluarganya hanya untuk melihat kampusnya, sebab sejak diterima di UB tidak pernah ke kampus. "Kondisi inilah yang membuat kami mempertimbangkan perkuliahan luring terbatas dan khusus," ucapnya.
Baca juga: Universitas Brawijaya paling banyak terima mahasiswa jalur SNMPTN 2021
Selain mahasiswa semester satu dan tiga, lanjutnya, yang bisa tatap muka (luring) adalah mahasiswa semester akhir atau yang tengah menyelesaikan skripsi. "Kalau setelah kuliah luring berjalan dan kasus positif COVID-19 meningkat, perkuliahan luring kita hentikan," tuturnya.
Wakil Rektor Bidang Akademik UB Prof Aulanni'am menambahkan pembelajaran tatap muka diikuti 25 persen mahasiswa semester satu dan tiga.
"Semester depan yang sudah pasti adalah angkatan 2020, karena menurut kami, sejak mereka menjadi mahasiswa baru satu tahun lalu, mereka belum pernah mengenal dosennya dan bagaimana kampusnya," katanya.
Kendati sudah memutuskan kuliah luring, sistem blended learning atau perpaduan sistem luring dan daring masih menjadi pilihan utama mengingat saat ini masa pandemi COVID-19. "Jika luring harus memenuhi protokol kesehatan secara ketat," imbuhnya.
Baca juga: Universitas Brawijaya dipercaya Bappenas kuatkan Program KSST
Protokol kesehatan yang dimaksud seperti menyediakan wastafel, menggunakan masker, duduk berjarak satu meter, dan menggunakan ruangan yang mempunyai sirkulasi udara bagus.
Sementara itu pakar kebijakan publik UB Prof Bambang Supriyono mengatakan masyarakat harus mematuhi kebijakan pemerintah terkait pembelajaran daring. Kebijakan pemerintah itu sesuai tolok ukur komprehensif dalam memberikan klasifikasi daerah sesuai dengan zona merah, kuning, dan hijau.
Dekan Fakultas Ilmu Administrasi UB itu menjelaskan implementasi kebijakan dalam mempersiapkan perkuliahan luring ada tiga faktor penting yang menjadi pertimbangan, yakni bagaimana kebijakan itu diterapkan hingga operasionalnya.
Selain itu, dukungan dari sumber daya yang tersedia dan infrastruktur yang sudah siap, termasuk teknologi digital. "Selanjutnya, kondisi sosial masyarakatnya, termasuk 'sosio culture'-nya. Harapan kami mahasiswa tidak hanya patuh prokes ketika berada di lingkungan kampus, tapi juga di lingkungan kostnya," kata Bambang.
Baca juga: Universitas Brawijaya tempati posisi keenam PTN terbaik versi 41CU
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2021